Apa jadinya kalau kita tak memiliki sahabat atau teman? Sepi, bukan?Tak ada tempat untuk berbagi rasa, senang maupun sedih, suka maupun duka. Hidup mungkin terasa hampa, hambar tanpa rasa.
Sahabat atau teman, bukan sekadar pelengkap acara 'nongkrong' kita. Atau sekadar tempat curhat. Lebih dari itu. Merekalah salah satu sumber semangat kita. Ketika kita jatuh, mereka yang pertama kali merengkuh kita. Ketika kita bahagia, mereka yang pertama kali memberikan selamat. Ketika kita memiliki impian, mereka yang pertama kali membantu mewujudkannya.
Itulah yang dirasakan lima sahabat, Genta, Arial, Zafran, Riani, dan Ian,Perbedaan karakter yang ada pada diri mereka menjadi pelengkap manisnya persahabatan. Dari kisah persahabatan mereka, ternyata ada banyak pelajaran yang bisa kita diambil.
Jangan ragu untuk sejenak keluar dari zona nyaman agar jiwa tak jadi manja...
Berbagilah, sesempit apapun, untuk mengundang pertolonganNya.
Cinta tanah air itu hal yang lumrah bagi manusia. Sekaliber Rasulullah SAW dan Bilal bin Rabah saja bisa menangis mengingat Mekkah, tanah airnya dulu sebelum hijrah ke Madinah.Jadi, menangis karena cinta Indonesia sama sekali bukan hal terlarang.
Perjalanan menuju puncak butuh seorang inisiator yang bernama pemimpin. Ketaatan dan kedisiplinan padanya, selama tak menyimpang, adalah kunci untuk sampai di puncak.
Setiap impian kita ibarat puncak gunung yang harus ditaklukkan dengan usaha yang lebih keras dan doa yang lebih sering dari biasanya. With Allah, impossible is nothing!
Dekatkan impian kita. Biarkan ia mengambang 5 cm di depan kening kita atau bahkan kurang dari itu. Dekatkan impian kita dalam doa di sujud-sujud panjang. Ketika itu, posisi impian kita tak lagi 5 cm, tapi 0 cm!
Semakin dekat ke puncak impian , sebenarnya membuat kita (harus) menjadi semakin dekat pula dengan Sang Pemilik Langit.
Tapi...
Jika kita perempuan dan teman kita laki-laki, maka hargai teman kita itu dengan tak menyentuhnya.
Jika kita laki-laki dan teman kita perempuan, maka muliakan teman kita itu dengan menjaga pandangan terhadapnya.
Jika kita jatuh hati pada seseorang dan telah siap membina hubungan yang lebih serius dengannya, maka jangan sekadar nyatakan cinta dan sayang. Itu tidak cukup. Melangkahlah lebih dari itu. Ajaklah untuk mengikatkan diri pada perjanjian yang lebih berat...
Jika belum siap, pendam rasa itu dalam hati. Biarkan ia lambat laun hilang. Habis dimakan waktu. Kemudian digantikan dengan yang lebih suci...
“Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,serta mulut (dan hati) yang akan selalu berdoa”.
<5 cm>