Mohon tunggu...
Ayu Novita Pramesti
Ayu Novita Pramesti Mohon Tunggu... Administrasi - penggemar tahu, kucing, dan buku

senang menjadi diri sendiri yang sederhana dan mengena

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jika Saya Menjadi Guru PKn

31 Oktober 2012   04:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:11 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Kak, kita satu angkatan remedialPKn (Pendidikan Kewarganegaraanlho!" lapor adik kelas kepada saya dengan rasa 'bangga'. Saya yang mendengarnya hanya bisa mengelus dada. Mengapa PKn bisa diremedial sampai satu angkatan? Apa yang salah? Apakah PKn sudah tak lagi menarik hati kalangan pelajar kita?

Padahal, PKn itu sangat penting keberadaannya. Di tengah carut-marutnya sistem hukum di Indonesia, adanya PKn dalam sistem pendidikan seharusnya dapat menjadi 'oase' bagi terbentuknya budaya hukum di negeri ini. Saya sangat berharap PKn menjadi salah satu sarana yang efektif untuk membangun budaya hukum yang baik. Tanpa adanya budaya hukum yang baik, maka sistem hukum akan menjadi 'rapuh'.

Oleh karena itu, jika saya dizinkan untuk menjadi guru PKn, maka saya akan melakukan hal-hal berikut.

1. Mengajak anak-anak untuk mencintai PKn

Bagaimana caranya? Ya, dengan menjelaskan terlebih dahulu apa tujuan dan manfaat dari belajar PKn. Dalam menjelaskan tujuan dan manfaat tersebut, saya akan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.

2.  Mengajar dengan metode yang menyenangkan

Misalnya, ketika mempelajari peraturan perundang-undangan, saya akan mengajak siswa untuk melakukan simulasi pembuatan peraturan di kelas atau bersama-sama menyanyikan lagu tentang undang-undang.  Jika membahas mengenai hak asasi manusia, maka saya akan mengajak siswa untuk menonton film The New Rulers of The World dan kemudian mendiskusikannya . Selain itu, saya juga akan mengajak siswa untuk berkunjung ke lembaga-lembaga yang terkait, misalnya Mahkamah Konstitusi dan Dewan Perwakilan Rakyat. Jika sekolah mengizinkan, saya akan sesekali mengundang guru tamu di dalam kelas, misalnya aktivis HAM dan penegak hukum, agar para siswa bisa langsung berinteraksi dengan mereka.

Ya, intinya saya harus menjadi guru PKn yang mempunyai sejuta ide!

3. Menerapkan sistem ujian open book

Soal ujian yang saya buat untuk siswa tak lagi mengandalkan hafalan untuk menyelesaikannya. Tetapi lebih mengedepankan ketajaman analisis dan pendapat siswa. Misalnya, ketika ujian berlangsung, saya mengizinkan siswa untuk membuka Undang-Undang Dasar 1945 karena soal yang saya buat adalah analisis kasus yang terkait dengan penerapan Undang-Undang Dasar 1945 dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengajak siswa untuk menghasilkan karya

Setelah membahas sebuah materi,  saya akan mengajak siswa untuk menghasilkan karya yang bisa berbentuk tulisan, film pendek maupun karya-karya lain sesuai dengan kreativitas siswa. Contohnya, tulisan mengenai refleksi pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, tulisan mengenai pengalaman berinteraksi dengan penegak hukum atau film pendek dengan tema antikorupsi.

5. Menjadikan blog interaktif  dan jejaring sosial sebagai sarana belajar

Saya juga akan membuat blog interaktif yang berisi materi-materi yang akan dan sudah saya sampaikan di kelas. Selain itu, saya juga akan memanfaatkan jejaring sosial sebagai tempat diskusi dengan siswa. Di facebook, saya akan membuat grup "PKn Asyik". Di twitter, saya akan memulai diskusi dengan hastag tertentu, misalnya #HAM, #HukumInternasional, #normadanhukum. Pokoknya, PKn harus menjadi topik yang diperbincangkan siswa di dunia maya!

Salam Blogger Selalu ^0^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun