Mohon tunggu...
Ayu Novita Pramesti
Ayu Novita Pramesti Mohon Tunggu... Administrasi - penggemar tahu, kucing, dan buku

senang menjadi diri sendiri yang sederhana dan mengena

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Di Bioskop, Ku Rasakan Semangat 'Man Jadda Wa Jada'

6 Maret 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam di telepon pintarku sudah menunjukkan pukul setengah lima kurang. Serabi bakar pesananku belum jua matang. Ah, film akan diputar pukul 16.40. Alhamdulillah, akhirnya serabinya matang juga. Segera ku naiki mobil, meluncur menuju bioskop. Aku dan ibuku berjalan, pelan tapi pasti. Kakakku kemudian menyusul. Aku tetap merasa deg-degan, khawatir film sudah mulai diputar. Aku tak ingin sedikitpun melewatkan adegan demi adegan. Beruntung, film belum diputar. Tak sampai satu menit aku duduk, lampu bioskop gelap. Layar hitam kemudian dipenuhi gambar berwarna. Gambar pertama yang ditayangkan adalah dua orang anak madrasah tsanawiyah berbaju hijau penuh coret-coretan tanda tangan yang berdiri di pinggir sungai. Aku senang sekali karena kursi bioskop penuh. Sebenarnya aku, ibu, dan kakakku ingin menonton film itu pada pukul 14.20. Namun sayangnya tiket pada jam itu sudah habis. Aku sudah menduga semenjak di rumah bahwa penonton akan penuh. Dugaanku benar. Tanpa ragu, ku putuskan untuk membeli tiket untuk  pertunjukan pukul 16.40. Aku jadi ingat, sepuluh tahun yang lalu di bioskop yang sama, aku juga berdesak-desakkan menonton sebuah film remaja yang berjudul 'Ada Apa Dengan Cinta'. Sepuluh tahun kemudian, peristiwa itu terulang kembali namun film yang ditonton bukan film cinta, tetapi film yang penuh semangat 'Man Jadda Wa Jada'. Riuh rendah tawa penonton semakin menghangatkan suasana bioskop. Yang paling lucu, ada seorang anak yang menirukan teriakan 'Man Jadda Wa Jada', persis setelah adegan potong kayu-nya Ustadz Salman. Spontan, seisi bioskop tertawa. Begitu pula saat adegan Alif tak jadi berfoto bersama dengan dua gadis menggunakan kamera yang sudah diotomatiskan dan saat para sahibul menara membuat boneka-bonekaan untuk membantu Basso agar lancar berpidato :-) Di tengah adegan film, aku jadi teringat dengan Mas Ahmad Fuadi, sang penulisnya. Beliau ingin agar karyanya bermanfaat buat banyak orang. Ya, manfaat karyanya memang sudah dirasakan oleh banyak orang. Hal ini terbukti dari banyaknya penonton yang ingin merasakan semangat 'Man Jadda Wa Jada.." Sungguh, film yang sangat berbekas...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun