Sudah dua pekan ini saya rajin menonton sebuah serial televisi yang berjudul 'Gemilang' di sebuah stasiun televisi lokal. Serial televisi ini memang berasal dari negeri Jiran namun banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil dari sana. Serial ini memang mengangkat betapa pentingnya pendidikan bagi sebuah negeri.
Gemilang adalah sebuah nama sekolah menengah atas yang didirikan oleh Saifullah, seorang sarjana yang tumbuh dalam keprihatinan. Dia berasal dari keluarga yang tak mampu. Ayahnya hanya seorang pekerja kasar di kebun karet yang harus menghidupi empat orang anak. Sebagai anak tertua, Saifullah harus menghadapi kenyataan pahit. Dia harus berpisah dengan adik-adiknya karena ayahnya memutuskan untuk menitipkan mereka kepada kerabat lain. Semenjak itu, Saifullah tidak bisa lagi menjalin hubungan yang hangat dengan adik-adiknya. Kondisi itu sempat membuatnya ingin berhenti sekolah namun Pak Long, gurunya yang sangat baik, mendorongnya untuk terus sekolah. Dia pun kemudian ditinggal mati ayahnya sehingga Pak Long menjadi ayah angkat yang mengurus dan merawatnya. Singkat cerita, Saifullah akhirnya tumbuh besar hingga akhirnya lulus dari universitas. Dia memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya untuk menjadi Cikgu (guru). Bersama teman-temannya semasa kuliah, yaitu Umar, Asma, dan Raihanah, dia mendirikan Institut Gemilang, sebuah sekolah menengah atas. Mereka berempat menjadi Cikgu yang berkomitmen untuk mengajar murid-murid di sana.
Selama mengajar di Institut Gemilang, para Cikgu memperlihatkan dedikasinya terhadap kemajuan murid-muridnya. Karena jumlah muridnya sedikit, para Cikgubisa memperhatikan setiap murid secara intensif. Para Cikgu, terutama Saifullah, Asma, dan Umar, berusaha langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah murid-muridnya. Namun sayangnya Cikgu Raihanah tidak memperlihatkan hal itu.
Ada beberapa adegan yang berkesan bagi saya ketika para Cikgu itu berusaha menjadi bagian dari solusi untuk menyelesaikan masalah murid-muridnya:
1. Ketika ada seorang murid perempuan yang memutuskan untuk berhenti sekolah karena hendak dinikahkan oleh orang tuanya, Cikgu Saifullah dan Cikgu Asma mendatangi rumah murid itu untuk memberikan dukungan dan menyemangati. Memang Cikgu merasa berat namun mereka berusaha menghargai keputusan murid itu.
2. Ada seorang murid keturunan India yang bernama Raj. Dia mengaku kepada Cikgu Asma telah mencuri peralatan milik institut. Cikgu Umar kemudian mengetahui hal itu sehingga dia sangat marah kepada Raj. Namun akhirnya Cikgu Umar mendatangi rumah Raj untuk meminta maaf. Cikgu Umar pun mengetahui alasan Raj mencuri, yaitu karena dia membutuhkan uang untuk biaya pengobatan adiknya. Dia sempat ingin berhenti sekolah supaya bisa berjualan. Namun Cikgu Umar dan Cikgu Saifullah akhirnya membujuknya agar mau kembali bersekolah sembari meminta bantuan dari yayasan untuk biaya pengobatan adiknya serta mencarikannya pekerjaan paruh waktu. Raj sangat berterima kasih kepada Cikgu Umar dan Cikgu Saifullah.
3. Seorang murid yang bernama Kahar sering ditegur oleh Cikgu Asma karena selalu tertidur ketika jam pelajaran berlangsung. Awalnya Cikgu Asma sangat marah dan menyuruh Kahar untuk meminta orang tuanya datang ke institut. Namun orang tua Kahar tak kunjung datang juga hingga akhirnya Cikgu Asma mengikuti Kahar pulang ke rumahnya. Cikgu Asma sangat kaget karena Kahar tinggal di sebuah bedeng kecil yang ada di tengah-tengah kebun durian. Kahar pun mengakui bahwa orang tuanya sudah tidak ada sehingga dia ikut tinggal bersama seorang pemilik kebun durian dan bekerja di sana. Ternyata Kahar kurang tidur karena dia harus bekerja di malam hari untuk memungut durian yang jatuh dari pohon. Tak heran pagi harinya dia mengantuk ketika belajar di kelas.
Cikgu Asma dan Cikgu Saifullah mencoba membantu dengan cara menggantikan tugas Kahar di malam hari agar Kahar bisa tidur. Namun hal ini tidak mungkin berlangsung terus-menerus sehingga Cikgu Asma melobi si pemilik kebun durian agar tidak memberikan tugas kepada Kahar di malam hari. Syukurlah si pemilik kebun luluh hatinya sehingga Kahar tidak lagi kurang tidur dan bisa lebih berkonsentrasi ketika belajar.
4. Ketika seorang murid yang bernama Suzanne telah mengalami kekerasan seksual dari ayahnya, Cikgu Asma dan Cikgu Saifullah langsung bertindak cepat. Mereka membawa Suzanne keluar dari rumahnya untuk dibawa ke tempat yang lebih aman. Perlahan tapi pasti, Suzanne mulai pulih dari traumanya hingga akhirnya bisa kembali belajar seperti biasa.
Dari setiap adegan itu, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga dari para Cikgu, yaitu pengorbanan dan dedikasi yang tinggi untuk kemajuan pendidikan murid-muridnya. Para Cikgu itu juga mengajarkan bahwa diperlukan treatment yang sesuai untuk menyelesaikan masalah setiap murid-muridnya. Itulah kebijakan para Cikgu, memperlakukan setiap murid sesuai dengan masalahnya...
-bersambung-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H