Mohon tunggu...
Ayunita Kurnia Ningsih
Ayunita Kurnia Ningsih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single fighter of fastabiqul khairat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Things Happen for a Reason

22 April 2013   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku heran dengan mereka yang jadi korban kesalahan orang-orang terdekatnya, ada yang begitu susah untuk memaafkan sehingga ada niat untuk balas dendam dengan cara kekerasan maupun secara lembut tapi lebih menyakitkan, ada pula yang katanya sudah memaafkan tetapi mengabaikan orang tersebut. Apa mau dari mereka ? Mereka bukan pencipta alam sejagat raya, mereka bukan mengendali perasaan dan perbuatan setiap manusia, mereka, kita, kamu, aku, dan dia adalah sama. Hanya manusia biasa yang diberi titipan nafas. Sang pencipta pun selalu memaafkan kejalangan umat-Nya jika dia benar-benar bertobat, kenapa mereka ga berlaku demikian seperti sang pencipta ?

Statement aku diatas itu bisa benar dan bisa juga salah, tergantung para pembaca menanggapinya. Aku mendapat ide dari cara berpikir aku yang kebetulan ada dalam posisi tersebut. Perlu anda ketahui, bahwa hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita menyadari telah berbuat salah dan telah menyakitkan orang-orang terdekat kita. Coba anda pikirkan, lebih sakit mana menyesali kesalahan kita atau menjadi korban kesalahan orang lain ? Ok ! keduanya sakit, tapi menurut diskusi yang telah saya lakukan bersama sahabat-sahabat saya bahwa rasa sakit ketika kita berbuat salah ialah dimana kita telah menyadari bahwa kita telah berbuat salah. Tepat sekali !!! Penyesalan, itu namanya penyesalan, tapi itu manusiwai. Seperti statement aku diatas tadi bahwa kita adalah manusia yang hidup dan diberi titipan nafas sementara ? Bukan kah indah apabila kita mengikuti perilaku sang pencipta yang selalu memaafkan umat-Nya ?

Setiap perilaku yang dibuat oleh manusia itu selalu beralasan, entah itu hasilnya salah atau benar itu tergantung bagaimana kita menghadapinya. Ketika anda berbuat salah atau dalam posisi menjadi korban kesalahan orang lain, pasti anda berfikir betapa teganya dia yang telah menyakiti anda, betapa menderitanya anda merasakan sakit hati itu, tetapi ketika kita bisa menyadari bahwa mereka yang berbuat salah sama seperti kita adalah manusia biasa, tentunya anda akan mencari tau mengapa mereka bersikap demikian ? “things happen for a reason” it’s true, it’s really true. When the people said there is no reason for everything that you did, itu sama halnya dengan mereka yang idak mengerti apa artinya kita dihidupkan didunia ini. Egois !

Aku, aku adalah orang yang mungkin paling jahat dimata dia yang menjadi korban kesalahan ku. Aku takut untuk mengakui kesalahanku, aku berusaha untuk tetap membela diriku dari kesalahanku, tapi ketika aku membaca kutipan bijak dari buku “Tuhan Sudah Pindah Alamat?“ yang ditulis oleh Budi S. Tanuwibowo bahwa sesungguh-sungguhnya kesalahan adalah ketika kita bersalah namun tak berani mengkoreksinya. Aku harus berani, karena aku bukan Tuhan yang sudah pindah alamat, aku manusia biasa yang dengan mudah membuat kesalahan dan juga dengan mudah harus mengkoreksi kesalahanku.

Demikian segenap isi dari hati dan pikiranku, semoga pembaca memahami dan bisa memberikan atensi yang dapat membangun.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun