Urgensi Pendidikan Karakter Melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menuju Era Society 5.0
Pendidikan di era digital saat ini sangatlah pesat, kemajuan dalam bidang teknologi tidak hanya dinikmati orang dewasa saja, anak-anak usia sekolah dasar juga bisa menikmati dari hasil perkembangan teknologi saat ini. Perkembangan teknologi dan informasi telah menyentuh ke berbagai aspek kehidupan, salah satunya bidang pendidikan. Saat ini pendidikan Indonesia telah masuk era revolusi industri 4.0 yang identik dengan pembelajaran berbasis teknologi dan digital. Perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan sistem pendidikan di Indonesia seperti penggunaan E-learning, moodle, zoom, dan googleclassroom dalam pembelajaran, serta peralihan sistem pelaksanaan ujian dari paper based test menjadi computer based test. Era revolusi industri 4.0 akan dilanjutkan dengan era society 5.0 sebagai masa depan masyarakat yang modern dan memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan.
Di era Society 5.0, masyarakat harus menghadapi teknologi yang dapat diakses sebagai ruang fisik. Pasalnya, teknologi Society 5.0 berbasis pada kecerdasan buatan, big data, dan robot yang memudahkan pekerjaan manusia. Keberadaan Society 5.0 menjadi tantangan di segala bidang kehidupan, termasuk  pendidikan, karena kecerdasan manusia digantikan oleh kecerdasan buatan dan robot. Society 5.0 yang merupakan evolusi dari Revolusi Industri 4.0 mungkin bisa menggantikan peran manusia, termasuk guru. Peran guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan (distributed knowledge) tetapi harus menekankan pendidikan budi pekerti, nilai, dan moral (mendistribusikan sikap dan nilai). Secanggih apapun teknologi tidak dapat menggantikan peran guru dalam pendidikan karakter siswa.
Era menuju Society 5.0 menuntut pendidikan karakter peserta didik. Sebab, banyak sekali kerusakan moral di Indonesia akibat penggunaan teknologi. Tingginya angka kejadian terjadinya perundungan, tawuran, narkoba, kekerasan, dan pelecehan seksual di kalangan pelajar menunjukkan lemahnya bangsa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Pendidikan karakter adalah proses mengubah watak, jiwa, akhlak, dan kebiasaan seseorang agar menjadi manusia yang sempurna dengan tujuan membentuk bangsa yang kuat, berakhlak mulia, akhlak yang bersinergi dalam keimanan dan ketakwaan kepada yang tuhan yang maha esa serta nilai-nilai yang ada dalam falsafat negara Pancasila. Â
Usaha pendidikan karakter dapat dialihkan ke dalam kurikulum mandiri dengan melaksanakan penguatan profil siswa Pancasila (P5). P5 sendiri merupakan proyek interdisipliner yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar satuan pendidikan, yang bertujuan untuk melahirkan peserta didik Pancasila (Kemendiburistek, 2022). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merumuskan enak dimensi profil pancasila, yang terdiri dari Berimanan, Betaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Pendidikan diibaratkan petani, sedangkan siswa diibaratkan bibit tanaman yang akan ditanam. Bibit tanaman yang kualitasnya buruk jika ditempatkan pada tanah yang subur dengan pengairan yang cukup dan sinar matahari yang cukup, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang baik. Sebaiknya jika bibit tanaman yang berkualitas baik disemai di tanah kering tanpa air dan sinar matahari yang cukup, maka pertumbuhan tanaman tidak akan optimal. Oleh karena itu, peran guru dalam pendidikan sangatlah penting baik sebagai penyampaian ilmu pengetahuan maupun sebagai perwujudan nilai-nilai moral. Dalam penyelenggaraan pendidikan, prioritas tidak hanya diberikan pada kecerdasan, namun juga pada pendidikan karakter peserta didik. Pendidikan karakter merupakan upaya penanaman nilai-nilai kebaikan untuk memanusiakan manusia, meningkatkan watak dan perilaku untuk mewujudkan generasi yang cerdas intelektual dan berakhlak mulia yang dapat bermanfaat bagi lingkungan dan negara. Setiap orang di dunia ini mempunyai karakter berbeda-beda yang membedakan individu yang satu dengan individu yang lain dan merupakan cerminan daroi dirinya sendiri. Ciri-ciri karakter unik setiap indiviu berhubungan dengan cara pandang, sikap, perkataan dan tindakan seseorang dalam kehidupan. Oleh karena itu pendidikan karakter diperlukan agar peserta didik terbiasa dengan hal-hal yang baik, sehingga mereka memahami, merasakan, melaksanakan dan menginternalisasikan hal-hal yang baik dilakukannya.
Adanya pendidikan karakter mengajarkan peserta didik untuk berbuat baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara, sehingga harus dilatih dan  dikembangkan secara sungguh-sungguh dan terus menerus untuk mencapai karakter yang ideal. Upaya pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik demi terbentuknya generasi penerus bangsa yang berkualitas, sehingga menjadi manusia sejati dan bertanggung jawab.
Penanaman pendidikan karakter pada kurikulum merdeka dilaksanakan melalui profil pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila merupakan wujud pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat dan memiliki kemampuan global serta berperilaku sesuai dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila meliputi enam dimensi yaitu beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME serta Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif (Mendikbud, 2020)
Pelaksanaan penerapan Profil Pelajar Pancasila dilakukan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan kajian interdisipliner yang bertujuan untuk mengamati permasalahan lingkungan hidup dan memberikan solusi melalui pembelajaran berbasis proyek. Tujuan dari kegiatan P5 adalah untuk memperkuat karakter bangsa sesuai nilai-nilai Pancasila dengan harapan dapat meningkatkan sumber daya manusianya agar menjadi unggul. Proyekk penguatan propil siswa pancasila memungkinkan siswa belajar setiap hari melalui pembelajaran yang fleksibel, aktif, interaktif dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Proyek penguatan profil belajar pancasila ini dilaksanakan berdasarkan tema-tema yang ditetapkan pemerintah yaitu gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, Bhineka Tunggal Ika, membangun jiwa raga, suara demokrasi, rekayasa dan teknologi, kewirausahaan dan ketenagakerjaan.Â
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan pembelajaran interdisipliner dalam mengamati, menganalisis dan memecahkan permasalahan lingkungan hidup sesuai dengan tema pelajaran yang dipilih, dengan tujuan untuk menerapkan profil pelajar Pancasila. Kegiatan P5 membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar, sehingga memperkuat dimensi yang terdapat dalam profil pelajar Pancasila.
Perkembangan teknologi menyebabkan semua kalangan harus membuka diri dan tidak menutup diri terhadap dunia luar, agar tidak ketinggalan dalam perkembangan zamannya. Namun keterbukaan diri harus dilandasi nilai-nilai Pancasila. Hal ini bertujuan agar nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhur berlaku di Indonesia tetap lestari, sedangkan nilai-nilai budaya asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Indonesia ditolak dengan tegas. Pentingnya Pancasila melalui kegiatan P5 di era society 5.0 akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Nilai utama bangsa Indonesia di era perkembangan zaman dan pembangunan ini tidak hanya unggul dalam softskill dan hardskill saja, namun juga harus dilandaskan Pancasila yang memuat nilai-nilai kepribadian bangsa. Oleh karena itu penerapan P5 Â di sekolah harus dilakukan dengan baik, karena dapat meningkatkan kompetensi, daya saing dan daya tarik individu tanpa melupakan falsafah dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.Â