Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ungkapkan Perasaanmu pada Bunda, Nak

19 Februari 2020   23:17 Diperbarui: 19 Februari 2020   23:15 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak curhat dengan ibu oleh Haibunda.com

Setiap manusia diberi anugerah emosi dan perasaan pada hidupnya. Itulah yang menjadi sinyal agar dapat mengenali apa yang dibutuhkan. Bagi Anak-anak, jauh sebelum mereka mengenal bahasa, cara menunjukkan perasaannya berbeda-beda, dapat melalui senyuman, tawa, tangisan, hingga kerutan kening.

Sebagian orang tua menurut penelitian John Gottman (1996) telah sadar pentingnya pemahaman perasaan harus diketahui sejak dini. Setelah orang tua memahami perasaan, barulah anak diberi pemahaman jika ia juga punya perasaan yang penting untuk di utarakan.

Dalam Kasus lain masih penelitian John Gottman, Orang tua yang terkesan menyepelekan pentingnya pemahaman perasaan ini justru berdampak kurang baik terhadap anak. anak yang orang tuanya tertutup mereka cenderung mengalami kesulitan dalam penilaian diri. Hal ini tentu berkat kurangnya pengalaman dalam mengenali perasaan sehingga merasa kesulitan mengontrol sebuah masalah.

Memang benar, cara anak mengekspresikan perasaan tergantung pada orang di sekelilingnya. Bagaimana mengungkapkan kemarahan, senang, pertama kali yang anak lakukan adalah meniru orang orang di sekitarnya. Selanjutnya anak mengembangkan sesuai dengan caranya sendiri.

Lalu bagaimana jika cara melatih anak agar dapat mengatasi perasaannya dengan baik? Berikut langkahnya menurut Gottman

  • Identifikasi Kondisi Anak
    Dengan mengidentifikasi kondisi anak akan memudahkan orang tua dalam menjelaskan perasaan kepada mereka. Setelah mengidentikasi, manfaatkan perasaan untuk mendekati anak. Misal saat anak sedang merasa ngambek, jelaskan bahwa emosi negatif seperti marah tidak boleh sering sering diluapkan. Anak kemudian diajari untuk pelan pelan mengontrol emosinya melalui pendekatan dua arah antara ayah atau ibu dengan anak
  • Jadilah pendengar aktif
    Menjadi pendengar aktif sebenarnya tidak hanya berlaku terhadap anak, namun bagi siapa saja langkah ini tepat digunakan untuk hal yang berkaitan dengan perasaan. Dengan menjadi pendengar aktif, tandanya kita mampu memposisikan diri sebagai orang yang dapat mendengar pernyataan anak, memerhatikan perasaan yang ditunjukkan, dan kemudian memberi respons yang serupa dengan pernyataan anak.
  • Bantu labeli perasaan anak
    Anak mungkin bingung terhadap perasaan yang sedang dialaminya. Melabeli atau mengidentifikasi perasaan anak dimaksud untuk membantu anak memahami anak bahwa ia memiliki dua perasaan di waktu yang sama yaitu senang dan sedih.

Penting bagi orang tua mengajak anak agar terbuka, hal itu ditujukan agar tidak terjadi misunderstanding antara orang tua dengan anak. Yuk, mulai perlahan lahan terbuka dengan anak. Jika tidak dimulai sejak dini, kapan lagi anak memiliki kebiasaan baik ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun