Anak-anak yang berpendidikan usia dini dengan tepat, ia diumpakan seperti mobil yang berisi bensin penuh. Mesin mereka akan langsung jalan begitu berada di tempat yang baru. --Professor Sandralyn Byrnes.
Seperti halnya dengan orang dewasa, anak-anak juga pernah mengahdapi masalah dalam kehidupannya. Anak usia dini, dalam kesehariannya tentu tidak bisa membuat keputusannya sendiri untuk membuat sebuah keputusan. Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua perlu menanamkan kemampuan problem solving kepada anak supaya terbantu dalam menyelesaikan masalah mereka sehari-hari.
Pemecahan masalah pada anak usia dini merupakan sebuah keterampilan yang bisa dikreasikan dalam berbagai hal dari kegiatan sehari-hari. Selain untuk memecahkan masalah, kemampuan ini dapat dimanfaatkan anak untuk lebih mengeksplorasi dunianya atau menyelesaikan tugas saat di sekolah. Anak usia dini pada dasarnya mendapat pelajaran dari lingkungannya. Sifat mereka yang berfikir konkrit membuatnya mudah mengerti sesuatu dengan melihat atau meniru hal-hal yang berada di sekelilingnya. Bermain, merupakan sebuah metode pembelajaran mengasyikan sekaligus angat cocok untuk anak.
Dilansir dari Kompas.id, mengajarkan suatu hal baru kepada anak melalui bermain, diyakini akan semakin cepat diterima atau ditangkap anak. Karenanya, melalui bermain anak-anak merasakan bahwa tidak ada paksaan dalam belajar. Dalam kondisi tersebut, keadaan otak anak berada pada kondisi tenang sehingga pendidikan pun mudah tertanam.
Namun, dalam bermain pun ada tata caranya. Tidak semua yang dinamakan bermain akan membuat anak nyaman. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi khusus dalam menentukan jenis permainan yang dapat membuat anak merasa senang, antusias, dan timbul rasa penasaran. Menurut dokter spesialis anak dr. Eva Devita, SpA(K) dalam laman dancow.co.id, keterampilan memecahkan masalah pada anak usia dini berkaitan dengan bagaimana anak berfikir, memahami, dan mendapatkan pemahaman akan dunianya. Keterampilan ini akan terlihat berbeda-beda menyesuaikan dengan tahap perkembangan masing-masing anak. Mulai dari kemampuan sederhana seperti memilih permainan yang ingin dimainkan, hingga bisa meniru orang dewasa untuk memecahkan masalah.
Jika mengacu pada Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini atau Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) PAUD Kurikulum 2013, mulai usia 9-12 bulan anak sudah mulai memahami perintah sederhana. Kemudian untuk usia 12-18 bulan, mulai bisa menentukan pilihan sederhana seperti berkata "ya" atau "tidak".
Dalam buku "Denver Developmental Activities" diterangkan bahwa seiring  berkembangnya maturitas pemahaman terhadap sebab-akibat sederhana, di usia lebih dari satu tahun sampai kurang dari empat tahun, anak-anak akan melakukan tindakan mengikuti rasa ingin tahunya. Kemampuan memecahkan masalah akan berkembang sejalan dengan perkembangan kognitif anak. Semakin bertambanya konsentrasi, anak akan semakin pandai dalam menentukan pilihannya.
Dalam mengajari anak agar mandiri dalam memecahkan masalah, sangat perlu membiarkan anak untuk belajar memecahkan masalahnya sendiri yang muncul dalam kehidupannya. Tentunya, orang tua masih memberi bantuan bila anak sudah benar-benar tidak mampu menyelesaikannya. Berikut cara orang tua mendukung anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri menurut kementrian pendidikan dan kebudayaan.
Latih Anak Berempati
Meskipun masih memiliki sifat egosentris, orang tua dapat mengarahkan atau mengenalkan anak terkait empati. Banyak cara agar langkah ini terealisasi. Salah satunya ialah dengan menunjukkan beberapa bahasa tubuh yang menujukkan ekspresi dengan contoh penggunaannya dalam sehari-hari. Dengan begitu, anak akan bisa memilih dan memilah hal mana yang cocok ia pilih atau hindari.
Asah Kemampuan Anak
Menentukan pilihan memang hal yang sedikit susah. Untuk anak usia dini, dapat dirangsang dengan memunculkan sebuah pertanyaan dengan begitu, orang tua dapat mengetahui situasi atau kondisi yang sedang dialami anak sehingga tidak terjadi selisih faham antara orang tua dan anak.
Ajak Bicara Anak saat Menyelesaikan Masalah
Memberi pemahaman pada anak terkait permasalahan adalah solusi terbaik. Selain tidak melibatkan kontak fisik, anak akan belajar melalui dialog bersama orang tuanya. Dengan mengajak anak berbicara dua arah, anak akan belajar bagaimana seharusnya ia mengontrol sikap.