Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pendidik yang Tidak Mendadak

29 Maret 2019   04:08 Diperbarui: 31 Maret 2019   16:51 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
disadur dari theasianparent.com

Mood anak anak usia balita mudah berubh dengan cepat. Seringkali mereka ngambek dan menjauh dari orang tuanya. Namun, tak lama kemudin ingin dimanjakan. Saat perubahan mood itu terjadi, orang tua bisa kebingungan terutama jika dia menjadi pemarah dan menolak untuk diajak berdamai dengan berpelukan (sayanganak.com)

Seiring berjalannya waktu, utamanya pada generasi sekarang yang cukup identik dengan kegiatan ataupun hal hal instan terkadang memancing seorang pendidik untuk tergiur dengan sesuatu yang cepat, instan, dan dimanjakan dengan kemudahan. Mendidik adalah memang bukan perihal mudah, tetapi bukan kemudian seorang pendidik menjadi mudah meletakkan amanahnya.

Mendidik anak membutuhkan banyak elemen yang didalamnya dapat memunculkn pembiasaan baik bagi anak kemudian menjadi karakter. Didiklah anak berlandaskan ibadah, lantas keduany akan menghasilkan sikap peduli, simpati, dan empati.

Agar tidak terjerumus dalam kategori mendidik yang mendadak, anda perlu melakukan hal hal berikut

Jika orang tua salah, akui!

Terlihat sepele memang, tetapi jika kebanyakan orang tua atau pendidik mengalami hal  ini, maka tidak hanya anak yang belajar dalam proses. Guru dan orang tua pun pernah mengalami alpha dalam perjalanannya. Karenanya, orang tua adalah manusia biasa. Mengakui kesalahan kalau memang hal itu dilakukan tanpa sengaja. Jelaskanlah kepada anak, kemudian mengucap terima kasih atas masukan dan notifikasi yang anak beri kepada orang tua atau guru.

Beri waktu, jangan memburu

Sering kali orang tua selalu merasa anaknya menjadi yang terbaik, namun lupa atas kemampuan anaknya sendiri. Ingin anaknya selalu unggul dari teman temannya, tetapi kemampuan anak tidak mendukung. Alhasil, anak dituntut bisa melalui apapun jalannya agar menjadi baik dimata orang lain tanpa menghargai proses belajar yang dilalui anak.

Komunikasi dua arah

Masih ada orang tua ataupun guru yang menganggap remeh terkait komunikatif tidaknya cara mereka menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Dengan komunikasi, orang tua bisa mengetahui seperti apa anak mereka, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai anak. Semakin komunikatif orang tua dengan anak, akan semakin mendorong anak mengungkapkan ide ide maupun opininya terhadap suatu hal.

Hargai proses, bukan hasil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun