Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Orangtua dalam Melatih "Self Regulation" Anak

8 November 2018   06:35 Diperbarui: 8 November 2018   06:54 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa anak mungkin membutuhkan bantuan belajar dalam mengendalikan emosi mereka. Terlebih bagi mereka yang masih meledak ledak dalam menanggapi suatu permasalahan yang menimpanya. Anak terlalu megalami kesulitan terhadap pengaturan dirinya.

Pengaturan diri sendiri merupakan upaya yang dilakukan agar seseorang dapat mengendalikan dirinya pada batas wajar. Tidak lebih dan kurang. Jika dikaitkan dengan anak, hal itu mengarah pada keterampilan mengelola emosi dalam berbagai situasi. Termasuk juga didalamnya dalam menahan reaksi emosional yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang mengganggu, untuk menenangkan diri ketika kesal, ataupun untuk menyesuaikan diri dengan perubahan harapan, serta untuk menanggapi frustasi tanpa ledakan emosional.

Sederhananya, pengaturan diri merupakan keterampilan yang memungkinkan anak untuk mengarah kepada perilaku yang meruncing pada sebuah tujuan. Dengan memiliki pengaturan diri yag baik, anak akan terlepas dari ketidakpastian dunia dan perasaannya yang terkadang membuat bingung sendiri.

Bagaimana orang tua mengajarkan keterampilan pengaturan diri?

Kunci dari mempelajari pengaturan diri menurut Dr. Rouse pakar Psikologi adalah dengan tidak mengajak anak menghindar dari situasi rumit yang sedang menimpanya. Hal penting yang perlu dilakukan oleh orang tua atau pengajar adalah dengan melatih mereka untuk dapat menangani tantangan dengan pribadinya sendiri.

Jika orang tua dan pengajar terlalu mengambil andil dalam peran anak untuk mengatur dirinya sendiri, anak justru akan semakin tidak bisa mandiri dalam kehidupan selanjutnya.

Misal dalam sebuah kasus anak ditempatkan dalam kondisi belajar berjalan. Jika orang tua terlalu khawatir dengan kondisi anak yang berpeluang jatuhs saat belajar berjalan. Maka anak tidak akan cepat bisa dalam prosesnya. Karena hal itu termasuk mengambil peran dia dalam memecahkan tantangan yang pada kasus ini ialah ketika ia jatuh maka harus bangkit lagi agar dia bisa lancar dalam berjalan.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun