Setiap anak dilahirkan dengan keunikan masing-masing dalam menjelajahi setiap jengkal kehidupannya. Terkadang banyak hal yang tidak dapat dipahami oleh kondisi sekitarnya, baik orang dewasa sekalipun.
Diadaptasi dari zerotothree.org, umumnya terdapat 5 karakteristik yang dapat menggambarkan temperamen seseorang.
- Intensitas emosi
- Tingkat aktivitas
- Toleransi kegagalan
- Reaksi terhadap orang lain
- Respon untuk melakukan perubahan
Dari situ, kita dapat lebih menterjemahkan bahwa, temperamen bukanlah suatu hal yang diinginkan oleh anak. Sesuatu itu muncul dikarenakan adanya bentukan dari sosok kedua orangtuanya. Temperamen anak terbentuk atas pengalamannya dalam berkehidupan.
Anak yang perhatiannya membutuhkan waktu untuk merasa nyaman dengan lingkungan baru dengan anak yang mudah sekali menempatkan dirinya dalam kondisi apapun. Akan terlihat sangat berbeda jika keduanya diajak berkunjung dalam lingkungan baru yang notabene nya berada dalam kondisi keramaian. Perbedaan tersebut menunjukkan jika tidak semua anak dapat diatasi dengan pola yang sama.
Terlebih dalam temperamen anak yang berhubungan langsung dengan dampak kondisi perasaanya. Menjadikan poin penting kepada para orangtua yang dapat menguasai hal tersebut. Mengenali pola tingkah laku anak dapat menjadi amunisi kedua orang tua untuk mengantisipasi respon anak dalam menghadapi situasi tertentu.
Jika orang tua mengetahui anak kesulitan dalam proses transisi, Anda bisa dapat meluangkan waktu untuk lebih memusatkan perhatian khusus pada anak. Karena bukan tidak mungkin jika suntikan dari seorang Ayah atau Ibu dapat meningkatkan kembali sebuah kepercayaan dalam diri. Tentunya hal itu dapat mempermudah proses pergaulan bersama lingkungannya bukan?
Tingkah laku anak terbentuk dari pengalaman dan tentunya berasal tak jauh dari hasil interaksi dengan kedua orang tuanya.
Misalnya, anak yang pemalu akan lebih terbuka dalam lingkungan barunya jika pada masa itu ia didampingi dengan orang tua mereka. Hal itu karena keberadaan orang tua masih menjadi ketergantungan bagi anak. Hal itu terjadi juga tidak langsung mendapatkan kesimpulan yang menyatakan jika temperamen itu ada yang benar dan ada pula yang salah.
Tidak hanya bagi orang dewasa, namun anak juga membutuhkan pengakuan atas keberadaan dalam lingkungan yang ia tempati.
Jika tidak dibarengi dengan sikap percaya diri dalam bergaul, tentu anak akan selamanya merasakan adanya keterkucilan dalam kehidupannya.
Tentu hal itu menjadi tugas utama bagi orang tua untuk tiada henti hentinya memberikan edukasi agar anak senantiasa pandai dalam mengatur emosinya.