Mohon tunggu...
Biru Laut
Biru Laut Mohon Tunggu... Penulis - an English graduate. Part time writer.

Hi! My name is Biru Laut, you can call me Biru. I am an English graduate who has a big interest in writing and aspires to be a professional content writer. I love reading books, watching anime and F1.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sering dan Ketagihan Bikin Fake Scenario sebelum Tidur? Awas, Kamu mungkin Melakukan Maladaptive Daydreaming!

14 Agustus 2024   19:28 Diperbarui: 15 Agustus 2024   10:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi laman TikTok/Fake Scenario Sebelum Tidur

Apakah kamu suka mengimajinasikan diri kamu menjadi sosok lain dengan kehidupan yang sepenuhnya berbeda dari kehidupanmu saat ini? Atau, kamu sering mengkhayalkan diri kamu menjalin kisah cinta bersama sosok aktris, aktor, idol, atau atlet yang sedang kamu idolakan? Sebagian besar orang pasti pernah melakukan aktivitas yang satu ini---membuat fake scenario, khususnya di malam hari sebelum tidur. Fenomena membuat fake scenario ini menjadi topik yang cukup trending di media TikTok, seperti pada gambar yang tertera.

Mengkhayalkan kehidupan ideal yang ingin kita rasakan, membayangkan mengencani sosok yang begitu kita idolakan tak dipungkiri memang menyenangkan. Tidak jarang juga kita menjadikan aktivitas ini sebagai bentuk pelarian ketika sedang suntuk dan lelah dengan realita kehidupan yang berat. Karena sensasi yang muncul dalam diri saat melakukan aktivitas ini, tak sedikit dari kita yang akhirnya menjadikannya rutinitas sebelum tidur dan berpikir bahwa aktivitas ini adalah hal yang sangat lumrah, tidak berbahaya untuk dilakukan. Namun, faktanya, aktivitas ini tidak sesederhana kelihatannya, lho!

Dari kacamata psikologi dan kesehatan mental, aktivitas membuat fake scenario ini disebut sebagai daydreaming. Umumnya, daydreaming tidaklah berbahaya dan tidak memberikan efek negatif secara langsung pada tubuh. Dilansir dari Discussing Psychology, daydreaming masih dikatakan normal apabila tidak sampai memengaruhi atau mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang. Maladaptive Daydreaming melansir bahwa meski daydreaming yang dilakukan memiliki alur cerita mendetail dan berlangsung selama beberapa jam ketika seseorang sedang terjaga, hal itu masih terbilang normal dan disebut sebagai immersive daydreaming (ID).

The Daydream Place juga menyatakan bahwa ID memiliki dampak yang netral, bahkan bisa berdampak positif pada orang yang melakukannya. Pada dasarnya, ID adalah bentuk daydreaming yang tidak dilakukan secara berlebihan atau berkelanjutan (terus-menerus) dalam jangka waktu lama. ID juga tidak akan mengganggu atau memengaruhi mood dan kehidupan seseorang sehari-harinya.

Namun, apabila daydreaming dilakukan secara intens, berkali-kali hingga mampu mengubah mood secara drastis, menimbulkan perasaan ketagihan untuk terus melakukannya, dan memengaruhi keseharian seseorang, itu sudah beda cerita dan bisa menjadi red flag. Daydreaming ini sudah bukan lagi dikategorikan sebagai ID, melainkan daydreaming yang menjurus ke maladaptive daydreaming (MD). MD dan ID adalah dua hal yang berkaitan erat dan memiliki arti yang hampir sama, tetapi MD lebih banyak mendatangkan efek negatif. MD adalah bentuk lanjutan dari ID yang lebih intens, lebih lama, dan tidak sehat.

Jika kamu terbilang cukup sering melakukan daydreaming, penting untuk mengetahui bagaimana efek dari daydreaming yang kamu lakukan dan sejauh apa aktivitas itu memengaruhi kehidupan sehari-hari kamu. Agar kamu lebih memahami konsep MD dan mampu membedakannya dengan ID, yuk baca penjelasan mengenai aktivitas ini dari segi definisi, ciri-ciri, dampak, dan tips mengurangi frekuensi melakukan aktivitas MD di bawah ini.

1. Definisi maladaptive daydreaming

Somer (2002), dikutip dari Vyas et al. (2024) dari jurnal Mental Health and Social Inclusion, menyebutkan bahwa maladaptive daydreaming (MD) adalah aktivitas berfantasi berlebihan yang mengganggu keseharian dan mengurangi interaksi sosial. Seseorang yang melakukan aktivitas ini seringkali terlibat dalam khayalan berkelanjutan dengan skenario yang bermacam-macam, seperti film atau serial TV, sebagai bentuk pelarian dari kenyataan. Aktivitas ini bisa memunculkan sensasi, perasaan puas dan memudahkan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu, Ross et al. (2020) dari jurnal Psychiatric Research & Clinical Practice, mendefinisikan maladaptive daydreaming sebagai bentuk strategi untuk memutus, menjauhkan diri dari situasi internal atau eksternal yang menyedihkan. Seseorang yang melakukan MD sering menjadikan aktivitas ini sebagai pelarian dari realita kehidupan karena MD bisa menimbulkan euforia bagi orang yang melakukannya.

 

2. Ciri-ciri maladaptive daydreaming

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun