Mohon tunggu...
Ayuna Dinda
Ayuna Dinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik menulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Gaya Penulisan dalam Komunikasi Daring: Tantangan dan Permasalahan Kaidah Bahasa

21 Desember 2024   17:56 Diperbarui: 21 Desember 2024   17:56 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Di era digital saat ini, komunikasi daring telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Platform-platform seperti media sosial, aplikasi pesan instan, dan forum online memungkinkan orang untuk berinteraksi dengan cepat dan efisien. Namun, meskipun kemudahan ini membawa banyak manfaat, gaya penulisan yang digunakan dalam komunikasi daring sering kali mengabaikan kaidah bahasa yang baik dan benar. Fenomena ini menimbulkan berbagai tantangan, baik bagi penulis maupun pembaca.

Salah satu ciri khas dari komunikasi daring adalah penggunaan bahasa yang informal dan sering kali tidak terstruktur. Banyak pengguna yang cenderung menggunakan singkatan, akronim, atau bahkan bahasa gaul yang tidak baku. Misalnya, kata "kamu" sering disingkat menjadi "km," dan "saya" menjadi "sya." Meskipun penggunaan singkatan ini memudahkan komunikasi, terutama dalam konteks pesan singkat, hal ini dapat menyebabkan kebingungan bagi pembaca yang tidak familiar dengan istilah tersebut. Selain itu, penggunaan bahasa gaul yang berlebihan dapat mengaburkan makna dan mengurangi kejelasan pesan yang ingin disampaikan.

Kesalahan tata bahasa dan ejaan juga sering dijumpai dalam komunikasi daring. Banyak pengguna yang tidak memperhatikan kaidah penulisan yang benar, seperti penggunaan huruf kapital, tanda baca, dan ejaan yang sesuai. Misalnya, kalimat yang seharusnya ditulis dengan tanda baca yang tepat sering kali diabaikan, sehingga membuat kalimat tersebut sulit dipahami. Kesalahan semacam ini tidak hanya mengganggu alur komunikasi, tetapi juga dapat menciptakan kesan kurang profesional dan tidak serius dari penulis. Dalam konteks komunikasi formal, kesalahan ini dapat merusak reputasi penulis dan mengurangi kredibilitas informasi yang disampaikan.

Fenomena ini juga diperparah oleh sifat komunikasi daring yang cepat dan instan. Dalam upaya untuk merespons dengan cepat, banyak pengguna yang mengabaikan proses penyuntingan dan revisi. Hal ini menyebabkan pesan yang disampaikan menjadi kurang terperinci dan tidak jelas. Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa meskipun komunikasi dilakukan secara cepat, kualitas bahasa tetap harus dijaga. Pengguna sering kali merasa tertekan untuk memberikan respons yang cepat, sehingga mereka mengorbankan kejelasan dan ketepatan dalam berkomunikasi.

Salah satu dampak negatif dari gaya penulisan yang tidak memperhatikan kaidah bahasa adalah munculnya kesalahpahaman. Ketika pesan yang disampaikan tidak jelas, penerima pesan dapat menafsirkan makna yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh penulis. Hal ini dapat menyebabkan konflik atau kebingungan yang tidak perlu, terutama dalam konteks diskusi atau debat online. Misalnya, dalam sebuah forum diskusi, pernyataan yang ambigu dapat memicu perdebatan yang tidak produktif, di mana peserta diskusi saling menyerang satu sama lain alih-alih mencari solusi atau pemahaman bersama.

Selain itu, penggunaan emoji dan stiker dalam komunikasi daring juga dapat memengaruhi gaya penulisan. Meskipun emoji dapat menambah ekspresi dan nuansa dalam pesan, penggunaan yang berlebihan dapat mengalihkan perhatian dari inti pesan. Terkadang, emoji dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda, tergantung pada konteks dan budaya pengguna. Misalnya, emoji yang dianggap lucu oleh satu kelompok dapat dianggap tidak pantas oleh kelompok lain. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan emoji dengan bijak dan mempertimbangkan audiens yang dituju.

Dalam konteks pendidikan, gaya penulisan yang tidak baik dalam komunikasi daring dapat berdampak negatif pada proses belajar mengajar. Siswa yang terbiasa menggunakan bahasa yang tidak baku dalam komunikasi sehari-hari mungkin akan kesulitan saat harus menulis tugas akademis atau berkomunikasi secara formal dengan guru dan dosen. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan berkomunikasi dalam konteks daring dapat memengaruhi kemampuan bahasa siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk memberikan bimbingan mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar, baik dalam komunikasi daring maupun luring.

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan kesadaran dan edukasi mengenai pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi daring. Pengguna platform daring sebaiknya dilatih untuk memahami bahwa meskipun komunikasi dilakukan secara cepat, kualitas bahasa tetap harus dijaga. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mempromosikan penggunaan bahasa yang baku dalam komunitas daring, serta memberikan contoh-contoh yang baik dalam berkomunikasi. Misalnya, platform pendidikan dapat menyediakan panduan atau kursus singkat mengenai etika berkomunikasi di dunia maya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun