Mohon tunggu...
Ayu Nadillah
Ayu Nadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Saya adalah seorang mahasiswa bahasa dan sastra yang hobi dalam menulis bukan karena tuntutan tugas yang harus mengharuskan saya menulis tapi sesungguhnya seorang sastrawan akan menulis dari hati mereka sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehadiran Neuronexis, Apakah Manusia Gila Teknologi?

6 Desember 2023   23:51 Diperbarui: 7 Desember 2023   00:36 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Isi pergelaran ini tidak hanya menyajikan satu masalah, tetapi juga menyajikan beberapa konflik kehidupan sosial. Sehingga  isi naskah dalam pergelaran ini, akan menemukan kritik sosial, renungan yang berbau kenyataan, kegetiran, kebaruan dan lain-lain. Tujuan pementasan ini ialah untuk menyadarkan penonton bahwa pada zaman modern ini dunia kita sudah diisi oleh namanya teknologi.

            Pergelaran yang disutradari Tiara Razak ini, adalah pergelaran drama surealis dimana seseorang bisa mengekspresikan baik secara lisan, tertulis atau dengan cara lain tentang kebebasan kehendak. Kebebasan kehendak tersebut adalah bagaimana masyarakat Novembia memiliki kebebasan dalam menggunakan teknologi tersebut dan mampu juga untuk menolak kemunculan teknologi tersebut. Pergelaran tersebut termasuk ke dalam teater modern karena menyajikan cerita-cerita situasi kondisi pada zaman sekarang dimana manusia sudah digantikan oleh teknologi. 

Teater tersebut diantarkan lewat dialog dua orang pemuda bernama Sena ( Ericard)  dan Serdadun (Yadi) . Kedua remaja tersebut adalah remaja dari masa depan yang kembali ke masa lalu dan ingin memberitahukan kepada masyarakat yang berada di masa lampau untuk hati-hati dengan masa depan yang sedang dipengaruhi oleh Neouronexsis dimana dunia yang dikuasai teknologi yang membuat masyarakat jadi menderita akibat adanya teknologi tersebut.

            Tema yang di usut adalah Teknologi jika dikaitkan dengan persoalan sosial. Pada zaman era modern ini kita semua dihadapkan dengan zaman teknologi dimana semua kegiatan diisi oleh teknologi-teknologi yang canggih. Serta munculnya teknologi juga sangat dipengaruhi oleh budaya barat dimana  adanya konflik sosial dan budaya serta dari zamanya Neouronexsis. Dunia yang dikuasai teknologi yang membuat masyarakat jadi menderita akibat adanya teknologi tersebut. Drastis menjelajah ke masa depan di negara Novembia yang sedang menerapkan kebijakan Neouronexsis, dimana manusia tiba pada masa yang dikatakan Yuval Noah Harari sebagai "Useless class", yang mana mereka tidak berkontribusi apapun terhadap peradabannya karena semua elemennya telah berganti robot dan perangkat canggih dan telah menjadi ketergantungan bagi manusia itu sendiri.

Pada teater berjudul drastis ini dilihat dari sosiologi sastra drama ini menceritakan sebuah kondisi yang mana mereka tidak berkontribusi apapun terhadap peradabannya karena semua elemennya telah diganti robot dan perangkat canggih. Setelah itu menjadi ketergantungan bagi manusia itu sendiri, dan yang menjadi menarik juga adalah konspirasi didalam publik policy dan resitensi dari masyarakat yang dirugikan, karena hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya saja dan masyarakat kecil hanya menjadi korban daripada kemajuan teknologi itu sendri.

Namun perlu kita sadari ternyata dampak Neoronexsis tersebut sudah terjadi pada masa kini, buktinya banyak teknologi AI yang mempengaruhi masyarakat bahkan di Indonesia sekarang pun Robot-robot sudah mulai di distribusikan. Dampak penggunaan teknologi neuronexsis sudah mulai dirasakan masyarakat. Beragam reaksi dirasakan oleh masyarakat pasca penggunaan teknologi tersebut. Dampak Neuronexis semakin menggila, dalam kurun beberapa waktu kekacauan yang mengakibatkan penurunan moral dan etika banyak dialami masyarakat, salah satunya seperti anak-anak yang mulai kecanduan gadget dan memiliki gangguan emosional.  Keadaan mencengkik pun juga dirasakan oleh pasangan suami istri yang selalu bertengkar akibat meningginya angka pengangguran di Novembia, hingga pada kali ini sang istri sudah menyerah akan kemiskinan yang melanda keluarga mereka,dan terpaksa mengusir suaminya yang menganggur.

Namun jika dilihat dari sisi baik nya, dampak Neorenexsis juga berguna untuk membantu mahasiswa yang tengah kebingungan mengerjakan tugas. Hingga dia mendapatkan rekomendasi aplikasi AI dari teknologi Neuronexsis tersebut.  Seorang wanita kantoran juga telah mengadopsi sistem Neuronexis untuk membantu kegiatan rumah tangga merasakan dampak yang baik. Di sebuah bar terlihat robot yang sedang melayani wanita yang sedang bersedih. Robot tersebut bekerja meracik minuman sembari berbicara dengan wanita tersebut yang membuat dampak yang baik bagi wanita tersebut yaitu menghibur wanita tersebut dari kesedihan yang dialaminya.

Dalam pementasan  ini pun, ada adegan-adegan yang nampaknya tidak perlu dihadirkan. Seperti adegan demo yang dilakukan mahasiswa dengan menyemprotkan cairan berbau asap, meskipun adegan tersebut menyatu dengan keseluruhan pementasan, namun adegan tersebut dapat membuat penonton menjadi tidak nyaman karena bau asap tersebut.

Kelebihan pementasan tersebut adalah tema cerita yang menggambarkan pada kehidupan zaman sekarang, dan untuk penata artistik oleh Cocolacon sangat cukup baik dari segi alat-alat yang sediakan berupa persediaan gelang yang berisikan chip yang menggambarkan kesan sesuai dengan tema yang dimbil mengenai kecanggihan teknologi.

Begitulah ternyata akhir cerita teater berjudul Drastis yang menceritakan mengenai Neouronexsis, seperti yang dikatakan Yuval Noah Harari bahwa tidak ada yang menjamin bila pekerjaan manusia hari ini masih relevan dilakukan oleh manusia di beberapa tahun mendatang. Sekali lagi, ini bukanlah hukum alam dan tiada yang menjaminnya. Atas dasar itu, berkembangnya AI memiliki potensi untuk melahirkan "useless class".  Melalui pertunjukan ini saya juga melihat kembali eksistensi diri dan lalu mempertanyakan "Apakah semua itu akan terjadi di masa depan? Ataukah memang sudah atau sedang terjadi saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun