Bus yang mengantar saya dari Terminal Melaka akhirnya berhenti di kawasan Bangunan Merah, tepatnya di samping Christ Church. Saya dan dua penumpang lain turun di sini. Cuaca panas semakin terasa pada tengah hari tersebut. Rasanya, siang itu, Melaka lebih panas daripada Kuala Lumpur. Atau memang setiap hari Melaka lebih panas? Entahlah.
Di seberang jalan, sebuah kedai berdiri di tepi Sungai Melaka, lengkap dengan meja dan kursi. Inilah salah satu kedai di Melaka yang menjual jus semangka yang sedang diminum para wisatawan tersebut. Saya menuju kedai ini dan ikut mengantre. Meski sudah lama menahan haus, namun saya harus sabar karena kedai ini ramai pembeli. Bahkan banyak pembeli yang tidak memperoleh tempat duduk.
Saya meletakkan sebuah semangka dengan sedotan besar di lubangnya ke atas meja. Di bawah terik matahari dan cuaca panas Melaka, jus semangka ini terasa begitu nikmat berlipat-lipat. Panas di luar memang masih terasa, tapi tenggorokan saya sudah basah oleh kesegaran jus semangka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H