Kerja …. Kerja …. Kerja…. Kata-kata itu menjadi populer karena begitu  seringnya diucapkan oleh Presiden terpilih setelah dilantik MPR RI pada tanggal 20 Oktober 2014 lalu. Setelah melalui proses yang cukup panjang dan menguras emosi seluruh lapisan masyarakat, Joko Widodo, pria Solo kelahiran 21 Juni 1961 yang lebih populer dengan sebutan Jokowi akhirnya resmi dilantik dan dikukuhkan sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-7. Banyak drama yang tersaji mengiringi proses pelantikannya, mulai dari kehadiran Prabowo Subianto sampai dengan mengharubirunya pelepasan Susilo Bambang Yudoyono, yang telah selama 10 tahun memimpin negeri ini.
Prabowo Subianto yang pada saat pencapresan adalah satu-satunya rival Jokowi, menjadi man of the match dalam prosesi pelantikan tersebut. Bagaimana tidak,  mantan Danjen Koppasus  yang selama ini terkesan ngotot dan tidak legowo dalam menerima hasil pilpres, terbukti dengan pengunduran dirinya dari proses pilpres di detik – detik akhir pengumuman rekapitulasi suara oleh KPU Pusat, serta langkahnya menggugat hasil Pilpres 2014 ke MK, yang akhirnya ditolak, dengan jiwa ksatria dan kepala tegak memilih untuk datang dan menghadiri hajatan Negara 5 tahunan itu. Tak ayal hal tersebut menjadi antiklimaks dari seluruh rangkaian hiruk pikuk penyelenggaran pemilu di tanah air, yang penuh dengan pertentangan, perbedaan pendapat, kampanye hitam, saling fitnah antara kedua kubu, hingga tindakan – tindakan anarkis dari para pendukung masing – masing pihak. Saling mengklaim kemenangan, saling hujat, adu kredibilitas lembaga surve, tak ketinggalan stasiun TV pun ikut andil dalam membuat suasana semakin memanas.
Kehadiran Prabowo Subianto ke acara pelantikan Jokowi sungguh mempunyai dampak besar dalam proses politik selanjutnya. Paling tidak, suara – suara sumbang tentang adanya agenda politik koalisi pendukung beliau yang kini menguasai jumlah kursi di parlemen, dan diprediksi banyak pengamat akan menerapkan politik balas dendam dengan menjegal kebijakan – kebijakan presiden terpilih, terbantahkan. Dengan tegas putra Begawan ekonomi Indonesia itu sepenuhnya akan mendukung kebijakan – kebijakan pemerintah yang sah dan konstitusional itu untuk kemajuan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Kini saatnya untuk kerja …kerja….dan kerja. Kita tunggu keharmonisan eksekutif dan legislatif  dalam usaha mewujudkan kemakmuran seluruh rakyat sesuai dengan janji – janji mereka pada saat kampanye. Semoga kinerja mereka benar – benar memakmurkan seluruh rakyat, bukan memakmurkan segelintir orang dekatnya, kawan politiknya, golongannya, dan sanak keluarganya.
Dan tak lupa , ini yang paling penting kita semua juga harus kerja .. kerja…. dan kerja. Untuk mencapai kemakmuran Indonesia harus dimulai dari kemakmuran rakyatnya. Berharap pemerintahan yang baru bisa membawa kita lebih baik adalah sangat wajar, tapi tidak ada salahnya, kita juga membantu mewujudkannya lewat hal – hal kecil yang bermanfaat buat diri sendiri dan keluarga. Yuk mariiii …… Jayalah Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H