Mohon tunggu...
Minati Ayu
Minati Ayu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Praja IPDN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pojok Asrama 3

14 April 2012   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:38 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan deras mengguyur se kecamatan Jatinangor dan sekitarnya di sore hari yang tidak terlalu penting. Naa dan beberapa rekan sekelasnya terjebak hujan di salah satu gedung pelatihan di sekitar wilayah asrama. mau pulang tapi derasnya hujan tidak tanggung-tanggung menggenang banjiri sebagian besar jalanan menuju asrama mereka. akhirnya beberapa nekat pulang dan beberapa lagi memilih bertahan. bersabar menanti hujan sedikit mereda.

menit berlalu menjadi berjam-jam. tinggal Naa dan 2 orang rekan wanitanya.
mereka mulai gelisah menatap langit gelap yang semakin bernafsu meneteskan air kehidupan ke bumi yang nampaknya haus akan kesejukan ini. sebentar lagi magrib , dan mereka belum juga beranjak dari gedung itu. seandainya nekat , mungkin saat ini mereka sudah berada di asrama dan bersiap untuk melaksanakan ibadah shalat magrib dan dilanjutkan dengan makan malam bersama.

terdengar suara guntur yang membahana menggetarkan teralis besi pelindung jendela berikut kacanya mengejutkan ketiga gadis ini. air muka mereka menampakkan raut wajah penuh keputus asaan , sepertinya mereka berencana menerobos derasnya rinai hujan itu. seorang diantaranya berinisiatif meminta kardus bekas untuk melindungi kepala agar tidak langsung terkena tempias air hujan , setelah masing-masing mantap dengan kardus di tangan dan celana panjang tergulung mereka mengambil langkah panjang melompati genangan air sebagai awal dan mulai berlari sekuat tenaga sambil tetap menghindari genangan air hujan.

tak disadari ada sebuah binder bersampul kotak-kotak kuning hitam tertinggal di meja ruang tunggu gedung pelatihan. seseorang yang sedari tadi mengamati ketiga gadis itu dari sela pintu kelas keluar dari tempat persembunyiannya dan memungut binder itu , sekilas membaca nama yang tertera di sampulnya
*Nadira Vebtrina*
*C-9*

senyum mengambang dari orang itu , ia mengetik sebuah pesan di handphonenya. jemarinya bergerak lincah memencet tuts keypad.
ga berubah yah kamu Naa, masih aja ceroboh.
barang kamu ketinggalan nih.ambil di kelas biasa besok yah.
--Dhi --
tak ada seorang pun yang mengetahui yang terjadi kecuali hujan di sore hari yang kurang penting itu.

hujan berlalu , malam menggantikan senja dengan rona jingga di ufuk barat mengiringi kepergian awan gelap yang sempat menahan Naa dan Dhi di tempat yang sama itu, tapi Naa tidak pernah menyadarinya, bahwa Dhi selalu mengamati setiap langkah kakinya. mendoakan kebaikan baginya. dan bahagia atas keberhasilannya. menjaganya dari jauh .
#hujan deras di krida

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun