Mohon tunggu...
Nihayatus Ziin
Nihayatus Ziin Mohon Tunggu... -

aku ingin membebaskan diriku dengan menulis sesuatu..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

silent hoper

14 Maret 2013   16:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:46 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebentar lagi, kamu akan memasuki fase baru dalam hidupmu. Ini bukan tentang kita, ataupun selaksa doa yang aku panjatkan untuk dirimu seperti apa yang mereka lakukan padamu. Lebih dari pada itu, ini tentang untaian harapan dan kejujuran yang mungkin sudah lama tertahan dan tak sempat terucapkan. Sebenarnya sederhana. Aku hanya ingin kamu berbahagia. Pada detik ini, dan detik selanjutnya yang nanti akan kamu lalui. Sembilan belas tahun bukanlah masa yang singkat untuk menjejaki kehidupan dan mengukir kenangan. Entah itu manis atau pahit, jangan biarkan semua itu membeku dalam lembaran-lembaran waktu. Kenang tawanya, tangisnya, serta segala rupa perasaan yang buncah dari setiap kilasan jejak yang terpatri di pojok memori. Aku percaya, bahwa dirimu adalah insan cita yang masih memiliki mimpi dan keyakinan akan masa depan. Dan aku percaya, bahwa dirimu adalah manusia yang mau mengejar mimpi dan menggenggam matahari. Dan satu lagi, kamu juga harus mempercayai dirimu sendiri. Mereka tak mengetahui apa-apa dan tak dapat mengubah apapun, tidak juga aku. Jadi jangan biarkan seorangpun menghentikan langkahmu. Satu hal yang perlu kamu tahu, bahwa aku tak pernah menyesal pernah mengenalmu. Aku selalu bersyukur karena telah Tuhan pertemukan dengan manusia-manusia yang luar biasa dengan segala keunikan dan kepribadian yang terkadang membuatku terpesona. Kita sama-sama setuju, bahwa terkadang Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang tidak kita inginkan. Entah orang itu menyebalkan, ataupun seseorang yang menimbulkan kesedihan yang mendalam. Aku sedih, bukan karena dirimu yang menggoreskan sayatan luka tak kasat mata di hatiku. Sungguh bukan karena itu. Aku sedih, karena aku merasa tidak dapat menjaga sesuatu yang telah Tuhan titipkan. Aku tahu, kamu mengerti apa maksudku tadi. Aku hanya ingin kita saling menghormati dan memahami bahwa hubungan yang memiliki derajat tertinggi adalah persahabatan. Mari kita kembali kepada esensi persahabatan itu seperti apa. Menyayangi dengan sederhana, seperti awan kepada hujan yang tetap memberi meski salah satu diantaranya harus kehilangan yang lainnya. Karena, bahagia itu sederhanadan kita tak perlu mencari sesuatu yang sempurna untuk bisa merasakan bahagia itu seperti apa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun