Dan dikarenakan bisnis online diprediksi akan merambah ke berbagai daerah di Indonesia proporsi belanja online juga diprediksi meningkat nilainya sekitar tujuh kali lipat di tahun 2022. Selain itu e-commerce secara khusus turut andil dalam meningkatnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Kurang-lebih 35% usaha yang dikelola perempuan akan berkontribusi terhadap total transaksi e-commerce.Â
Yang terakhir adalah terbentuknya kesetaraan sosial. Menurut data barang yang diperdagangkan melalui e-commerce harganya 11-25% lebih rendah dibandingkan pasar offline. Sehingga konsumen didaerah terpencil mendapatkan pilihan produk yang lebih beragam serta harga yang lebih murah.
Selain keuntungan-keuntungan yang didapat, e-commerce juga memiliki kerugian. Menurut tuturan Chairul Tanjung, pemerintah perlu waspada dengan dampak negatif yang mungkin timbul dari maraknya bisnis online. Bisnis berbasis internet ini dapat beresiko menigkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.Â
Pasalnya, menurut beliau proses transaksi jual-beli atau penyedia layanan jasa tanpa mendirikan fisik toko secara konvensional tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia. Dengan meningkatnya angka pengangguran maka meningkat pula ketimpangan antara masyarakat menengah atas yang makin sejahtera dengan masyarakat menengah bawah yang semakin menurun taraf hidupnya.Â
Selain itu kekhawatiran juga datang dari masa depan e-commerce. Ketergantungan konsumen terhadap kemudahan teknologi daring diprediksi akan banyak mengurangi pekerja konvensional dikarenakan akan tergantikan oleh teknologi komputer dan robot.
Sumber :
Belanja Online, Efeknya Terhadap perekonomian Indonesia dan Bisnis Lokal
McKinsey: Pasar E-Commerce RI Melonjak Jadi Rp 910 Triliun pada 2022
Chairul Tanjung Ingatkan Dua Dampak Negatif e-Commerce
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H