Mendaki gunung adalah salah satu impianku sejak beberapa tahun yang lalu. Karenanya dari dulu saya selalu berdo'a untuk bisa mendaki gunung, menjelajah alam yang indah di negeri yang telah tuhan ciptakan dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Menurut saya bisa mendaki gunung itu suatu pencapaian yang sangat membahagiakan. keinginan saya untuk bisa mendaki gunung ini terinspirasi dari teman saya pada saat masih sekolah di SMA, saya mendengarkan dia yang selalu bercerita tentang pengalamannya mendaki gunung, dari ceritaNya itu saya jadi berfikir "wah se seru itu kah mendaki gunung?" dari situ rasa penasaran saya mulai tumbuh, sehingga dalam hati saya berjanji bahwa dalam hidup ini saya harus bisa mendaki gunung minimal satu kali seumur hidup.
Tepatnya pada hari sabtu, 8 Juli 2023 impian saya mendaki gunung tercapai. Terwujudnya impian ini dengan washilah bergabungnya saya pada suatu organisasi eksternal kampus, yang mana di organisasi itu memang ada tempatnya khusus untuk para pencinta alam. Pada saat itu salah satu teman saya membuat rencana untuk mendaki salah satu gunung di kabupaten Pandeglang Banten yang tingginya 1346 MDPL, Â yaitu gunung pulosari. Tentunya pada kesempatan itu saya sangat antusias dan langsung minta izin kepada orang tua untuk mendaftarkan diri mengikuti rencana pendakian tersebut, alhamdulillah orang tua saya merestui. Yaa walaupun pada saat itu saya susah payah meyakinkan beliau dengan berbagai cara dan siasat supaya memberi izin kepada anak perempuannya ini.
Perjalanan menuju pulosari start dari perumaham Persada Banten menggunakan kendaraan sepeda motor, pada hari sabtu pukul 10.00 WIB Â yang diikuti oleh 8 orang, 3 laki-laki dan 5 perempuan. Dari laki-laki itu ada salah satu yang menjadi pemandu, yap..tentunya karena beliau sudah memiliki banyak pengalaman tentang pendakian, dan sudah memiliki sertifikat sebagai pendaki profesional. Perjalanan menuju pulosari dilalui -+ selama 2 jam, saat itu saya sangat menikmati suasana perjalanan yang sangat menyenangkan, tentunya diiringi dengan pemandangan yang indah nan sejuk. Tepatnya pukul 12.00 WIB, kami sampai di bestcamp tempat istirahat dan penitipan kendaraan. Sebelum mendaki tentunya kami melaksanakan kewajiban terlebih dahulu, yakni sholat dzuhur. Setelah nya, kami menyiapkan fisik dan meyakinkan mental untuk memuai perjalanan mendaki.
Awal-awal perjalanan semuanya berjalan lancar dan teman-teman saya pun masih kelihatan ceria, masih bisa ketawa-ketawa, dan raut wajah yang bergembira. Akan tetapi setelah beberapa menit saya melihat raut wajah teman-teman berubah, dan yaa saya pun merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dada terasa sesak, kaki mulai lemes, dan kepala pun terasa pening. Tapi dalam hati saya masih ada keyakinan bahwa saya ini kuat, saya bisa, dan saya harus sampai puncak. Mindset itu lah yang menjadi salah satu sumber kekuatan bagi saya. Seorang pendaki memang perlu memiliki mindset yang baik, karena bertahan tidaknya ia ketika di atas gunung, salah faktor yang mempengaruhinya adalah mindset. Bahkan ada ungkapan bahwa "Sekuat apapun tubuh kita kalau mindsetNya lemah tetap saja akan ada banyak alasan untuk menyerah, sebaliknya selemah apapun tubuh kita kalau mindsetNya bagus pasti akan ada beberapa cara untuk tetap bertahan".
Setelah beberapa jam perjalanan mendaki tiba-tiba gerimis melanda, kami pun berhenti di shelter (tempat berlindung) yang berupa bangunan gubuk kecil. Dan karena hujan bertambah lebat diiringi petir yang bergemuruh kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda untuk bermalam di shelter sebelum summit (menuju puncak). Malam yang gelap diiringi suhu dingin yang membuat badan terasa beku, meskipun demikian, kami tetap menikmati keadaan dengan penuh kebahagiaan, karena dijalani bersama-sama dengan teman-teman yang sangat kocak, jadi walaupun badan lelah, suasana mencekam pun terasa biasa saja ketika bersama mereka.
Malam sudah berganti menjadi pagi, matahari pun bersinar dengan begitu cerahnya dan kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Tentu semakin atas semakin berat juga jalur perjalanannya. Di sini setiap langkah kaki kami terasa berat dan jalur pun sangat licin karena diguyur hujan malam itu. Bukan hanya itu, kami pun dikagetkan oleh binatang kecil yang banyak menempel di kulit badan kami, hewan itu ternyata bernama pacet (sejenis lintah) yang apabila ditarik dari kulit darah pun jadi bercucuran.  Langkah demi langakah saya dan teman- teman  lalui dengan semangat dan saling menyemangati satu dengan yang lainnya. Akhirnya setelah beberapa jam perjalanan tibalah kami di puncak gunung pulosari, pemandangannya begitu indah, cuacanya sejuk, dan memunculkan ketenangan dalam hati yang terasa nikmat. Pada bibir saya terucap "Alhamdulillah Ya Allah.. impianku tercapai (sambil senyum dan meraupkan telapak tangan ke muka)". Di situ saya dan teman-teman beristirahat dari lelahnya perjalanan sambil menikmati makanan dan minuman yang kami bawa, dilanjut dengan ritual wajib yang harus didapat yakni foto. Karena ada pepatah mengatakan "dimana bumi dipijak di situ saya story kan". Hehe
Itulah salah impian saya yang sudah tercapai, dan betul memang ada sensasi kebahagiaan yang berbeda ketika kita bisa menaklukan gunung. Walaupun lelah luar biasa tapi tidak ada niatan sedikitpun dalam hati ini untuk kapok mendaki gunung, justru saya jadi ketagihan dan menginginkan mendaki gunung-gunung lain. Semoga saya bisa berkesempatan untuk mendaki gunung--gunung yang ada di negeri Indonesia tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H