Disusun Oleh: Anom Wibisono, Ayu Laela Kodariah, Ajeng Pratiwi Defitri, Afifah Arsi Dhea Anggraeni, Rudi Edhi Rahmadhani
Â
Tidak ada angin dan tidak ada hujan, ramai pemberitaan mengenai sebuah restoran bakso yang gerainya terdapat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Bakso A Fung, menghancurkan seluruh alat makan yang ada di gerai tersebut dikarenakan ulah seorang influencer bernama Jovi Adhiguna.
             Â
Kejadian ini bermula ketika seorang influencer tersebut mengunggah dirinya sedang memakan bakso dari gerai tersebut. Jovi memamerkan makan bakso yang dicampur dengan kerupuk babi di akun Instagramnya. Jovi menjelaskan bahwa kerupuk babi itu dia beli di luar Bakso A Fung, namun masih di area bandara. Hal ini menimbulkan kecaman dari warganet dikarenakan kerupuk babi tersebut bisa saja akan mempengaruhi ke halal an makanan yang ada di gerai tersebut.
Sebagai informasi, sertifikasi halal didapatkan salah satunya adalah memastikan proses produksi makanan dan minuman di gerai usaha dilakukan sesuai dengan prosedur yang diakui halal oleh MUI yang juga termasuk dalam pemilihan, penyimpanan, pengolahan, dan distribusi produk. Dalam poin pengolahan, alat makan dan alat masak harus bebas dari kontaminasi makanan non halal, termasuk kerupuk babi.
Banyak yang menyayangkan hal tersebut. Jovi Adhiguna selaku influencer tersebut sudah meminta maaf kejadian ini kepada netizen dan Baso A Fung atas perbuatannya. Hal ini juga menjadi perbincangan warganet.
Di luar kejadian mengenai sertifikasi halal dan perbuatan memalukan oleh influencer tersebut, penulis (yang memiliki latar belakang mahasiswa Public Relations) menyoroti langkah brilian yang di lakukan oleh Baso A Fung. Mereka memusnahkan seluruh alat makan yang ada di gerai tersebut.
Baso A Fung dan tim Public Relations nya telah membuat sebuah langkah yang bisa dibilang mendatangkan banyak publikasi. Warganet pun puas dengan langkah ini. Banyak yang menghormati langkah yang mereka ambil. Apakah ini sebuah prosedur? Kami pikir bukan demikian. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat, tentunya hal ini adalah langkah yang brilian.
Apalagi industri makanan bakso seringkali dikaitkan dengan pertanyaan "Itu halal gak?", "Baksonya enak, daging sapi kan?", atau bahkan pertanyaan ekstrem seperti "Baksonya kok enak, ini daging tikus yaa?". Memang, bakso seringkali sebuah makanan yang sering mendapatkan fitnah kejam dari masyarakat.
Jadi, bagaimana Baso A Fung sendiri? Penulis pikir mereka terkadang juga harus memberikan terimakasih atas Jovi Adhiguna. Mereka mampu mengubah hal yang buruk menjadi sebuah teknik marketing. Banyak masyarakat yang akhirnya mengenal Baso A Fung. Bisa dikatakan Baso A Fung mengendorse Jovi Adhiguna secara gratis, dan dampaknya sangatlah luar biasa. Tim Public Relations mereka butuh kenaikan gaji dan pangkat atas strategi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H