Ini untuk kalian. Yang meneteskan peluh untuk dunia. Yang mewarnai hari dengan canda. Yang menyamankan jiwa dengan tawa. Semesta butuh kepala-kepala cemerlang kalian. Tetaplah begitu. Biar waktu yang akan mengikat kita selalu tanpa harus mengharu-biru. Tetaplah ada di sampingku. Tetaplah kuat begitu. Berjanjilah untuk ada di masa depanku. Dampingiku selalu. Sahabat-sahabat saya tersayang. Ini untuk sepenggal senja dan langitnya yang menjelma padamu. Yang tak bosan-bosannya memberiku berjuta ton enerji. Untuk hembusan rindu, untuk tatapan itu, untuk lakumu, untuk anggunmu, untuk senyummu yang kucari selalu. Untukmu dan semuamu. Tetaplah hidup. Saya sayang kamu. Ini untuk lelaki yang membuat saya tidak akan pernah bisa berpindah hati. Lelaki yang selalu saya jatuh cintai sedari dini. Di mana pun kamu berada, baik-baiklah. Janganlah terlalu lama tersesat. Aku rindu. Tuhan rindu. Bapak. Ini untuk tiga wanita luar biasa. Untuk Adik dengan kedua telapak penuh enerji magis yang menghasilkan karya-karya liar, bebas, pun jujur. Untuk seorang Nenek yang lembut dan welas asih, yang kedua telapak tangannya selalu menghasilkan masakan-masakan ajaib dari surga. Untuk Mama... Untuk semua keajaiban-keajaiban dari kedua lenganmu, Ma. Lengan-lengan yang tuhan pinjamkan padamu untuk selalu begitu. Untuk mama. Untuk mama... Anakmu ini kehabisan kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H