Musik telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sejak zaman prasejarah. Sebagai bentuk ekspresi seni, musik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga memiliki dampak signifikan pada emosi, kognisi, dan perilaku manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan dalam bidang neurosains membuka peluang untuk memahami bagaimana musik memengaruhi otak manusia. Studi lintas disiplin antara seni dan neurosains menunjukkan bahwa musik memainkan peran krusial dalam proses pembelajaran. Artikel ini membahas pengaruh musik terhadap pembelajaran melalui mekanisme neurologis serta implikasi praktis dalam pendidikan.
Musik memiliki kemampuan unik untuk merangsang berbagai area otak secara bersamaan. Ketika seseorang mendengarkan musik, aktivitas otak tidak hanya melibatkan area pendengaran, tetapi juga korteks prefrontal (pengambilan keputusan), amigdala (emosi), hippocampus (memori), dan cerebellum (koordinasi motorik). Aktivasi ini memungkinkan musik memengaruhi proses pembelajaran dengan beragam cara.
Musik dapat meningkatkan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk koneksi sinaptik baru. Neuroplastisitas sangat penting untuk pembelajaran karena membantu otak menyerap dan memproses informasi baru secara efisien. Studi oleh Chanda dan Levitin (2013) menemukan bahwa musik berperan dalam mengelola stres dan emosi. Musik yang menenangkan mampu menurunkan kadar kortisol, hormon yang berkaitan dengan stres. Stres kronis dapat menghambat kemampuan otak dalam mempelajari informasi, Ritme musik tertentu juga dapat meningkatkan kapasitas memori kerja dan perhatian dengan menyelaraskan aktivitas otak.
Efek musik dalam pembelajaran terlihat dari aspek kognitif, emosional, dan motorik. Dalam pembelajaran kognitif, musik membantu siswa memproses informasi dengan lebih baik. Contohnya, pembelajaran bahasa melalui lagu meningkatkan retensi kosakata lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Musik instrumental juga merangsang kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah,
Musik memainkan peran penting dalam pembelajaran, memengaruhi aspek kognitif, emosional, dan motorik siswa. Menurut studi oleh Sulastri (2017), musik dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri yang menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional. Musik latar yang dipakai dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa. Pembelajaran menggunakan musik klasik dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Namun pengaruh musik terhadap konsentrasi belajar siswa dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari berbagai faktor. Oleh karena itu, penting mempertimbangkan preferensi siswa saat mengintegrasikan musik dalam pembelajaran.
Penerapan musik dalam pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics), terapi pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus, serta pengembangan aplikasi berbasis musik yang interaktif. musik memiliki potensi besar untuk mendukung pembelajaran di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) serta membantu siswa berkebutuhan khusus. Gardiner menekankan bahwa musik dapat digunakan sebagai alat bantu yang efektif melalui pendekatan yang lebih kreatif dan interaktif, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk pengembangan keterampilan kognitif dan sosial.
Musik merupakan alat potensial untuk meningkatkan kognisi, emosi, dan keterampilan motorik siswa. Melalui pendekatan lintas disiplin antara seni dan neurosains, kita dapat memahami bagaimana musik memengaruhi otak manusia dan bagaimana hal ini dimanfaatkan dalam pendidikan. Penting bagi pendidik dan pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan musik dalam sistem pendidikan modern. Dengan begitu, musik menjadi elemen kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang holistik, inovatif, dan mendukung pertumbuhan siswa secara menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H