Nama Penulis : Ayu Fatimatus Zahra dan Sundahri Faperta UNEJ
Email : sundahri.faperta@unej.ac.id
Keadaan iklim memang dapat mendukung hasil panen kedelai, namun juga berkontribusi terhadap perkecambahan dan pertumbuhan gulma, yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai. Membiarkan gulma tumbuh di antara tanaman kedelai dapat mengakibatkan penurunan hasil sebesar 18-76%.Â
Ada beberapa teknologi untuk aplikasi herbisida, dan yang paling umum adalah aplikasi kimiawi dengan penyemprotan daun, yang menonjol karena efisiensi kerja, terutama di area budidaya yang luas, untuk harga dan penanganan yang mudah.
Saat ini ketergantungan terhadap penyemprotan sangat besar. Penerapan herbisida dengan semprotan daun adalah teknik yang sudah mapan, tetapi petani harus mematuhi kondisi dan pedoman lingkungan yang ketat saat memilih dan menggunakan perangkat ini.Â
Masalah penggunaan sprayer antara, produk menyimpang dari target yang dituju yaitu produk menyebar di udara, bergerak, dan berakhir di tempat yang berbeda dari yang ditujukan.Â
Selain melayang, bahkan herbisida pasca-kemunculan selektif, ketika mereka mencapai tanaman, terutama pada tingkat dan tingkat yang berlebihan dan kalibrasi penyemprotan yang tidak tepat, berkontribusi terhadap kerusakan tanaman, mengurangi produktivitas.
Terlepas dari semua masalah yang disebutkan, penerapan herbisida dengan penyemprotan daun merupakan teknik yang tak tergantikan. Maka dari itu dilakukan penelitian oleh Pereira dkk (2018) untuk mengevaluasi dan menguji penggunaan "rol cat" yang terbuat dari bahan yang berbeda sebagai pengganti penyemprotan untuk pengendalian gulma guna mengembangkan alat baru untuk mendukung aplikasi pestisida kimia pada kedelai.
Populasi gulma secara signifikan diubah oleh berbagai teknologi aplikasi dan pengendalian herbisida. Spesies yang dominan di area percobaan adalah bunga siang benghal (Commelina benghalensis). Telah diverifikasi bahwa aplikasi herbisida dengan rol wol domba dan penyemprotan daun adalah yang paling efektif dalam mengendalikan gulma.Â
Sedangkan untuk aplikasi daun, dapat diverifikasi bahwa aplikasi ini memiliki efisiensi 100%. Efisiensi aplikasi rol wol domba dapat dijelaskan oleh kontak yang erat antara rol dan tanaman, dengan tidak adanya penyimpangan dan kemampuan bahan pelapis rol (wol domba) untuk menyerap dan melepaskan cairan (campuran herbisida); hal ini tidak terjadi pada rol wol sintetis dan rol busa, yang menunjukkan kontrol menengah. Agar aplikasi herbisida berhasil, harus ada cakupan yang efisien dan merata, penetrasi target (massa tanaman) dan penguapan yang rendah.
Pada perlakuan dengan cangkul, munculnya gulma disebabkan oleh jarak waktu antara penyiangan yang cukup lama, yaitu 20 hari. Diketahui bahwa biji gulma memiliki masa perkecambahan selama enam hari. Di antara karakteristik vegetatif, tinggi tanaman, jumlah daun dan bahan kering pucuk secara signifikan diubah oleh teknologi dan aplikasi herbisida yang berbeda. Perlakuan dengan rol wol sintetis, cangkul gulma, rol busa dan rol bulu domba tidak berbeda satu sama lain pada probabilitas 5%.