Mohon tunggu...
Ayu Fahimah Diniyah Wathi
Ayu Fahimah Diniyah Wathi Mohon Tunggu... -

learn to be a journalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hidup Kita Dekat dengan Senyawa Kimia Berbahaya

24 Maret 2012   06:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:33 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13379085202069871686

Sebelum mengulas bahaya dari senyawa kimia tertentu, satu hal yang perlu kita pahami bahwa tidak semua senyawa kimia berbahaya. Hello, sudah saatnya keluar dari anggapan masyarakat yang menyatakan demikian. Nyatanya, kehidupan kita sangat dekat dengan senyawa kimia, entah berbahaya atau tidak. Salah satu senyawa kimia yang sangat bermanfaat dan dekat dengan kehidupan kita adalah oksigen (O2) yang setiap saat kita hirup. Tanpa oksigen yang disediakan gratis oleh Allah SWT, dapat kita bayangkan betapa sulitnya hidup kita.

Namun, kita juga harus mengetahui senyawa-senyawa kimia yang berbahaya agar tidak terjadi penyalahgunaan dan akhirnya mendzalimi diri kita dan orang di sekitar kita. Salah satu senyawa kimia berbahaya terdapat dalam plastik. Hampir setiap hari kita berinteraksi dengan polimer berbahaya ini – dalam jenis apa pun. Setiap membeli nasi, hendak beli air mineral atau minuman lain, semua berwadah plastik.

Plastik merupakan suatu polimer (molekul raksasa) sintetik atau polimer termoplastik (polimer yang akan melunak apabila dipanaskan dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita inginkan) berbahan baku gas yang kemudian mengalami polimerisasi. Pada proses ini, tidak semua gas dapat terbentuk menjadi polimer sehingga sebagian gas terperangkap dalam keadaan tidak berikatan dan tidak dapat keluar. Akibatnya adalah zat ini mudah menguap apabila bersentuhan dengan benda-benda bersuhu tinggi. Hasil penguapan kemudian masuk ke dalam air, minyak, atau apa saja yang bersinggungan langsung dengan plastik. Apabila zat tersebut masuk ke dalam metabolisme dan menumpuk di dalam tubuh, kemungkinan terbentuk kanker akan semakin besar.

Dan yang lebih parah, saat ini penggunaan plastik melebar dalam penggorengan makanan. Bayangkan saja jika plastik dimasukkan dalam minyak yang panas kemudian digunakan untuk menggoreng, maka sifat plastik yang mudah menguap akan masuk ke dalam makanan dan menimbulkan masalah dalam tubuh. Sayangnya, pada salah satu jajanan di sekitar kampus UB dipraktikkan hal demikian.

Untuk mengetahui tingkat keamanan plastik, kita harus mengetahui bahan plastik yang aman digunakan, lihatlah nomor-nomor yang tertera pada kemasan. Nomor itu biasanya berada di dalam segitiga tanda panah melingkar dibagian bawah kemasan botol atau wadah plastik. Setiap nomor menunjukkan bahan yang digunakan.

  • Nomor 1: Polyethylene terephtalate (PTE atau PETE), biasa digunakan mengemas air minum, minuman ringan berkarbonasi, jus buah-buahan, minyak goreng, saus, jeli, selai.
  • Nomor 2: High density polyethylene (HDPE), biasa digunakan untuk mengemas susu, yogurt, & botol galon air minum
  • Nomor 4: Low density polyethylene (LDPE), biasa digunakan sebagai plastik kemasan rapat (cling wrap), pengemas roti, makanan beku dan botol plastik yang dapat ditekan. Nomor 5: Polypropylene (PP), biasa digunakan untuk mengemas sup, saus tomat dan margarin.

Di antara jenis plastik tersebut yang relatif paling aman dan telah mengalami uji dan evaluasi badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) adalah PET (nomor 1). Jadi, bila botol air minum kita bertanda nomor 1, berarti terbuat dari PET & plastik itu aman untuk kemasan makanan atau bersifat food grade. Berikut adalah jenis plastik yang penggunaannya tidak diperbolehkan untuk bahan pangan karena mengandung bhn berbahaya yg dpt berpindah ke makanan.

  • Nomor 3: Polyvinyl chloride (PVC atau disebut vinil). Plastik ini sering dibuat cling wrap. Sering juga dipakai untuk wadah kue kering atau cokelat. Ada juga botol plastik yang dapat ditekan (untuk pengeluaran bahan) terbuat dari PVC.
  • Nomor 6: Polystyrene (PS), sangat dikenal konsumen dlm bentuk kemasan stereofom seperti yang digunakan untuk mengemas buah & sayuran di toko-toko swalayan.
  • Nomor 7: Jenis plastik lainnya, terutama polycarbonate. Plastik ini mengandung bisphenol-A yang berbahaya dan dapat bermigrasi. Plastik ini tahan suhu tinggi. Ada yang menggunakan sebagai botol susu bayi dan alat-alat makan (sendok, garpu, pisau) plastik.

Selain plastik, yang perlu kita perhatikan adalah penggunaan zat warna yang tidak terdaftar dalam BPOM. Sering kali beberapa dari kita tidak selektif terhadap apa-apa yang dikonsumsi. Salah satunya adalah makanan yang menggunakan saos berwarna menarik, merah sekali, seperti bakso cilok, batagor, dan lain sebagainya. Padahal jika kita mau menelusuri zat warna yang digunakan, kita justru akan tercengang. Zat warna yang digunakan adalah Rhodamin-B yang merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dilarang penggunaannya dalam makanan menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/Menkes/PER/X/1999.

Efek negatifnya yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Bila menguap di udara, berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. (Depkes RI, 2007).

Memang dampak negatif tersebut tidak akan terbukti dalam jangka waktu yang pendek setelah mengonsumsinya, namun hal itu akan berangsur-angsur terjadi dalam tubuh kita (alergi, iritasi, dll, red).

Cara untuk mengetahui zat warna yang digunakan adalah zat warna berbahaya:

  • Ambil kain warna putih
  • Oleskan saos
  • Ratakan dengan punggung sendok
  • Lihat hasilnya, bagian kain teroles saos yang berwarna adalah saos yang memiliki kandungan bahan berbahaya (pewarna) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan saos dengan pewarna alami

Namun ironisnya, kita sering menggembor-gemborkan bahwa ini berbahaya, itu berbahaya tanpa menyadari bahwa yang setiap hari kita konsumsi adalah sesuatu yang berbahaya. Dua hal tersebut hanya sedikit dari senyawa kimia berbahaya yang dekat dengan kehidupan kita. Masih banyak senyawa kimia lain seperti MSG dan pengawet makanan. Oleh karena itu, lebih baik melakukan tindakan preventif guna mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi dengan berhenti mengonsumsi saos yang diragukan kualitasnya, tidak menggunakan plastik yang tidak sesuai dalam kondisi tertentu (misal: panas). semoga kita terhindar dari dampak buruk senyawa kimia berbahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun