Poliomyetis atau polio adalah penyakit yang menyerang sistem saraf dalam tubuh dan dapat menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan permanen. Polio disebabkan oleh infeksi virus poliovirus yang nantinya virus tersebut akan menyarang melalui rongga mulut serta hidung, kemudian virus memasuki aliran darah sehingga merusak sistem saraf motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang. Polio mudah tertular ketika seseorang melakukan kontak langsung dengan feses dan cairan dari penderita, terutama ketika lingkungan hidup penderita memiliki kebersihan dan sanitasi yang buruk. Ada pula pembuktian bahwa lalat dapat menyebarkan virus polio secara pasif. Kebanyakan penderita polio tidak menyadari kalau ternyata dirinya terinfeksi karena sekitar 90% penderita polio tidak menimbulkan gejala atau hanya ada gejala ringan dan tidak dikenali. Gejala polio dibagi menjadi tiga keompok, yaitu :
1. Polio non-paralisis yang menyebabkan muntah; lemah otot; demam; meningitis; kelelahan; nyeri tenggorokan; sakit dibagian kepala, kaki, tangan; leher; dan punggung terasa kaku dan sakit.
2. Polio paralisis menyebabkan penderita sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
3. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit konsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan sulit bernapas, mudah kelelahan dan massa otot tubuh berkurang.
Polio diterapkan sebagai KLB (kejadian luar biasa) di Indonesia. Menurut Kemenkes (Kementrian Kesehatan) pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemberian vaksinasi polio pada anak-anak. Dengan melakukan vaksinasi tubuh akan mengenal virus polio sehingga tubuh akan menciptakan sistem kekebalan tubuh yang dapat melawan virus tersebut. Terdapat dua jenis vaksin polio yang dapat diberikan kepada anak-anak, yaitu:
1. Oral Polio Vaccine (OPV), atau vaksin polio tetes yang dapat diberikan via mulut sebanyak 4 kali pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin ini aman dan efektif memberikan perlindungan jangka panjang sehingga efektif menghentikan penularan virus.
2. Inactivated Polio Vaccine (IPV), vaksin ini diberikan lewat injeksi (suntikan) sebanyak 1 kali pada usia 4 bulan.
Vaksinasi adalah tindakan paling efektif untuk mencegah polio karena tidak ada obat polio hanya bisa dicegah dengan vaksinasi. Selain itu pencegahan penularan ke orang lain dengan kontak langsung (droplet) dapan dilakukan dengan menggunakan masker bagi yang sakit ataupun sehat, mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral), dan pengendalian infeksi dengan buang air di tempat yang memiliki sanitasi baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H