Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dengan berbagai suku, kebudayaan, adat, dan bahasa. Itulah yang selalu diungkapkan orang-orang mengenai kultur Indonesia. Selain kulutur yang beraneka ragam, penduduk Indonesia mengenal lima agama yang diakui, dan akhir-akhir ini bertambah menjadi enam agama. Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu, dan terakhir Kong Hu Cu.
Ada banyak perbedaan yang ada di depan mata, mau tak mau akan menimbulkan masalah. Semuanya merasa paling benar dan tidak mau disalahkan. Konflik kecil pun dilebih-lebihkan sehingga memunculkan konflik yang berkepanjangan. Tidak heran, begitu banyak ada perselisihan, bahkan bentrokan! Ada satu yang membuat saya prihatin adalah bentrokan antar warga. Misalnya, bentrokan yang terjadi di Tabanan (Bali), Ambon, dan masih banyak lagi. Pemicu dari bentrokan itu sebenarnya bisa dibicarakan dengan baik-baik dan mencari solusi agar kedua belah pihak sama-sama untung. Ya, perbedaan menimbulkan konflik. Tetapi perbedaan dapat saling mengeratkan. Itu yang seharusnya disadari masyarakat Indonesia. Bagaimana mengelola perbedaan yang ada sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan. Bagaimana menangani perbedaan yang nantinya menghasilkan sebuah persamaan, karena ada yang mengatakan perbedaan itu saling melengkapi. Masyarakat Indonesia harus lebih bijaksana lagi dalam menyikapi perbedaan, tidak mudah terhasut oleh isu-isu yang tidak jelas. Tidak dengan mudah terhanyut dalam buaian oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Saling percaya dan yang paling penting mau menghargai satu sama lain. Bersikap simpati dan berusaha untuk berempati. Jika saja kita dapat memahami apa itu perbedaan, mencari jalan untuk mengatasi itu, bentrokan maupun konflik antar warga niscaya bisa dapat diredam. Ingat semboyan bangsa ini, Bhineka Tunggal Ika!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H