Mohon tunggu...
Inovasi

Candu dalam Sosial Media

26 Desember 2016   05:28 Diperbarui: 29 Desember 2016   01:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pada zaman sekarang orang identik dengan handphone yang canggih. Dengan media sosial yang ada semua orang berlomba - lomba untuk men download aplikasi yang ada di playstore . Playstore adalah tempat mengunduh atau men download media sosial yang dibutuhkan bukan hanya media sosial saja tapi juga ada permainan, novel, musik dll bisa di download disini . Media sosial seperti FACEBOOK , INSTAGRAM, SNAPCHAT, TWITTER lebih banyak diunduh saat ini . Penggunanya dari berbagai kalangan mulai dari anak kecil sampai orang tua bahkan lanjut usia pun menggunakan media sosial .

Dengan tujuan berteman atau berbagi cerita tentang kegiatan yang dilakukannya itu mengakibatkan dampak negatif candu. Dampak candu mengakses akun media sosial inil lebih sering mengganggu produktivitas yaitu jeda interupsi. Maksudnya, saat kita sedang beraktivitas kemudian ada notifikasi masuk dari akun media sosial dan kita mengakses media sosial tersebut lalu beraktivitas kembali setelah membalasnya. Akses ke media sosial menjadi aktivitas yang dapat menggangu proses aktivitas . Ketika ada notifikasi atau interupsi dalam beraktivitas kita pasti tidak bisa fokus ke kondisi awal .

Media sosial sering sekali digunakan untuk hal negatif dan dapat merugikan orang lain. Dianggap negatif karena mengakibatkan orang asyik dalam dunia maya ,  sehingga ia lupa bahwa dia mempunyai kehidupan nyata yang lebih penting. Sampai ada kalimat bahwa media sosial 'mendekatkan yang jauh, tetapi menjauhkan yang dekat’. Media sosial telah menjadi aktivitas sehari-hari untuk menghilangkan kejenuhan, galau dll yang tidak bisa dihilangkan. Terbukti pada saat layar handphone menampilkan notifikasi masuk reflek saja kita langsung membukanya.

Seperti menurut Dr. Ripen Sippy, ahli psikologi yang berasal dari India bahwa kecanduan mengakses media sosial dapat menyebabkan sebuah penyakit yang disebut FOMO (Fear of Missing) yang berupa kecemasan sosial. Hal ini juga dengan adanya dorongan dari bawah alam sadar untuk berhubungan dengan teman-teman dan berbagi kejadian atau aktivitas yang dilakukan dalam media sosial. Banyak pengguna smartphone yang telah mengalami gangguan jenis baru ini. FOMO menciptakan ketakutan, perasaan aneh dan perasaan terisolasi saat berada ditengah keramaian. Penderita gangguan FOMO biasanya tidak tahan jauh dari gadgetnya. Mereka cenderung merasa gelisah jika jauh dari media sosial dalam waktu yang lama.

"FOMO mengembangkan perasaan takut kehilangan update dan peristiwa penting, mereka terus akan sibuk dengan memeriksa ponsel. Hal pertama yang dilakukan adalah untuk memeriksa apakah Ia telah melewatkan sesuatu yang penting di platform sosmednya"- ujar Sippy.

Ya memang media sosial sangat berperan besar dalam kegiatan sehari-hari tetapi juga menjadi candu yang sudah melekat dan susah untuk dihilangkan bagi kita pengguna media sosial. Untuk menghindarinya, para ahli menyarankan untuk menjadwalkan bermain dengan cara meluangkan waktu yang tidak menganggu aktivitas kita. Hal ini disarankan agar tidak kecanduan oleh media sosial tersebut dan itu salah satu cara menemukan keseimbangan dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun