Warga Kota Kendari harus merogoh koceknya lebih dalam lagi guna memenuhi berbagai kebutuhan pokok. Beras misalnya, harus ditebus dengan nilai yang lumayan fantastis. Para pedagang mengaku dalam sebulan terakhir, bahan baku makanan itu sudah tiga kali mengalami kenaikan. Harga beras di dijual di atas harga eceran tertinggi. Harga beras kualitas tinggi mencapai Rp 15.000 per kilogram. Eka (36), pedagang beras di Pasar Mandonga, Kendari, mengatakan, harga beras mengalami kenaikan signifikan dalam sebulan terakhir.Â
Kenaikan harga terjadi hampir dua kali sebulan dan mencapai angka yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beras kualitas medium dijual dengan harga Rp 14.000/kg atau Rp 680.000/karung. Dan harga eceran beras premium Rp 15.000/kg atau Rp 720.000/karung. Sebulan sebelumnya, harga beras masih di kisaran Rp 12.000/kg atau Rp 650.000/karung. Sebelumnya, Eka bisa menjual 10 karung beras dalam sebulan. Namun saat ini penjualan mengalami penurunan karena konsumsi pembeli berkurang.Â
Menurut Haris, tingginya harga beras disebabkan pasokan beras yang tidak mencukupi akibat dampak kekeringan sehingga menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas. Beberapa lahan petani mengalami penyakit hawar sehingga mengakibatkan gagal panen. Saat ini para pengepul berani membeli beras meski masih dalam keadaan giling. Padahal, beras biasanya digiling terlebih dahulu dan dibayar setelah sampai di tujuan. Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh beras di sentra tanaman.Â
Sementara itu, banyak warga yang mengeluhkan mahalnya harga beras di wilayah Kendari. Asrul (44), salah satu pedagang kelontong di Kendari, mengatakan kenaikan harga beras membuat usahanya sesak. Karena dia tidak mau menaikkan harga jualnya karena takut kehilangan pelanggan, maka harganya tetap sama, tapi modalnya bertambah. Jadi keuntungannya sangat kecil. Jika Anda menaikkan harga, tidak akan ada pembeli. Dibandingkan bisnis yang stagnan, lebih baik begini.Â
"Kami khawatir harga juga akan naik di masa depan," katanya. Ode Fitrah Arsad, Direktur Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra mengatakan, harga beras akhir-akhir ini mengalami kenaikan. Kondisi ini karena hasil panen petani di Sultra sebagian besar dikirim ke luar daerah, kami instruksikan pabrik-pabrik untuk mengutamakan pasar daerah.Â
Namun nyatanya, beras asal daerah tersebut lebih banyak dijual ke luar daerah, termasuk ke Pulau Jawa.Fitrah menjelaskan, upaya yang dilakukan untuk menambah pasokan beras di pasar. Misalnya, pendistribusian beras Bulog yang sudah dilakukan sejak September 2023. Selain itu, upaya juga dilakukan untuk mempertahankan pasar murah di beberapa daerah. Sebelumnya diberitakan, 2.560 hektare sawah di Sultra terdampak kemarau panjang. Dari jumlah tersebut, ratusan hektar lahan sudah lapuk dan tidak bisa diperbaiki.Â
Direktur Dinas Pertanian dan Peternakan Sultra La Ode Rusdin Jaya mengatakan, dampak kekeringan tersebut merata di beberapa sawah di provinsi tersebut. Dua daerah yang terdampak paling parah adalah Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka, dimana 824 hektar dari ribuan hektarnya merupakan sawah bernanah. Areal tambak tersebut 90 persen berada di Bombana dan sisanya di Kolaka. Kami masih memantau wilayah lain, karena kekeringan berdampak pada ribuan hektare.Â
Menurut Rusdin, dampak kekeringan akibat fenomena El Nino lebih kuat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, kekeringan tahun ini terjadi pada penanaman kedua atau saat lahan memasuki musim panen. Rusdin menambahkan, dampak kekeringan tersebut diantisipasi dengan berbagai cara agar tidak bertambah parah. Beberapa upaya tersebut mencakup pengumpulan dan pemantauan data lahan yang lebih intensif, menyalurkan bantuan ke lebih banyak wilayah, menyediakan benih tahan kekeringan, dan meningkatkan ketersediaan air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H