Perlawanan adalah hukum alam yang menjadi medan gerak dari suatu perubahan. Sifat dari perlawanan itu muncul karena ada ketidak adilan atau ketidak seimbangan. Ukuran suatu perlawanan baik kecil maupun besar disebut perjuangan, dan ketika perjuangan dilaksanakan secara bersama-sama, dengan kesadaran yang utuh, itu adalah REVOLUSI.
Masyarakat, biasanya tidak menyadari ketika terjadi suatu kesalahan terhadap suatu sistem. Tetapi akibat-akibat dari kesalahan tersebut biasanya masih bisa dilihat didalam kehidupan sosial masyarakat tersebut. Seperti kita tidak pernah melihat proses panjang dari rantai makanan di dalam suatu ekosistem, namun kita masih bisa melihat ekosistem yang stabil atau tidak.  Jika terjadi kerusakan atau ketidak seimbangan  di dalam ekosistem, maka pasti ada kesalahan pada rantai makanandi dalamnya. Misalnya, hilangnya salah satu mata rantai dalam rantai makanan keselurauahn, menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan dalam ekosistem sehingga beberapa mata rantai mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali dan beberapa mata rantai mengalami penurunan.
Demikian juga di dalam sistem ekonomi. Kita tidak bisa melihat kesalahan dari suatu sistem ekonomi, akan tetapi kita bisa melihat efek dari kesalahan tersebut dengan melihat ketimpangan ekonomi yang ada di masyarakat. keadaan ini tentu ada yang melatar belakangi, atau telah terjadi kesalahan di dalam hal-hal mendasar yang mengatur kehidupan sosial masyarakat. Ini membuktikan tidak adanya keseimbangan yang terjadi karena faktor arus keuangan yang menumpuk, atau terpusat pada titik-titik tertentu dalam bentuk modal, sehingga uang sebagai alat pertukaran menjadi sangat sulit didapatkan; juga dikarenakan penguasaan terhadap aliran keuangan tersebut juga berarti penguasaan terhadap aliran barang dan jasa yang masuk ke masyarakat. Dan ketika terjadi, maka harga-harga barang dan upah jasa akan diputuskan secara sepihak oleh penguasa aliran modal tesebut diatas.
Ketika secara ekonomi masyarakat mengalami suatu katagori sopan dari pemerasan (ekspolitasi) baik dalam bentuk barang dan jasa, hal ini akhirnya menciptakan persaingan ekonomi yang kompetitif di dalam masyarakat, efek berantai dari kondisi ini juga memproduksi kemiskinan sebagai produk yang paling laris untuk upah kerja murah dari modal untuk melipatgandakan diri, dan bukan itu saja, kemiskinan menjadi diperalat untuk mempertahankan kekuasaan ketika akibat kemiskinan itu masyarakat cenderung pragmatis dengan jurus-jurus aji mumpung.
Kemiskinan menjadi produk paling menguntungkan bagi segelintir orang untuk menimbun kekayaan, karena kemiskinan menciptakan mentalitas yang memperbudak manusia dalam kebodohan dan penghambaan doktrin-doktrin, seperti perbudakan menjadi sumber kekayaan bagi kaum bangsawan eropa di zaman pra renaissance, seperti itu pula tenaga kerja murah karena kemiskinan menjadi sumber kekayaan bagi penguasa modal. Namun karena undang-undang formil yang dipoles melalui hukum telah melegalkannya kerja-kerja, maka telah menjadi suatu hal yang biasa bagi masyarakat.
Hal tersebut di atas menunjukan suatu gejala yang bertentangan dengan hukum alam yang selalu menjaga keseimbangan dalam segala hal, karena hukum yang berlaku seperti itu adalah hukum bentukan manusia yang disesuaikan dengan kepentingan sekelompok orang saja. Jadi, kesenjangan ekonomi yang ada di masyarakat tidak bisa hanya disalahkan kepada perorangan saja yang dianggap tidak mampu bersaing secara kompetitif diranah ekonomi, akan tetapi juga harus dilihat sebagai suatu sistem yang patut dikoreksi
Ketika suatu saat masyarakat mulai menyadari kesalahan-kesalahan dari sistem tersebut, maka  akan timbulah suatu pertentangan yang semakin lama semakin dalam, dengan diiringi semakin sadarnya masyarakat terhadap kesalahan sistem tersebut. Ketika benih-benih perlawanan terhadap sistem tersebut semakin lama semakin tumbuh kuat, maka dari sini mulai muncul gerak REVOLUSI, dan orang-orang yang menjalankan perlawanan ini disebut REVOLUSIONER dan orang-orang yang menolaknya disebut REAKSIONER, sedangkan REFORMASI adalah hanya untuk pecundang yang mengaku kalah sebelum berperang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H