Mohon tunggu...
Shalahudin Al Ayubi
Shalahudin Al Ayubi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bunga Mekar

28 Agustus 2012   17:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap sejuk yang bergeming

Hanya sejenak

Sewaktu-waktu koyak terbakar asap

Dan sisa-sisanya adalah hambar

Duh, aku masih menawan

Serta semerbak teratai pukul Sembilan pagi

“wangi” katanya

Sudah sekian kali aku di cium orang

“kau tetap wangi” katanya lagi

Ini rayuan atau pujian?

Aku tak mencium bau apapun

“tapi kau wangi, benar-benar wangi” katanya lagi kepadaku

Konon ibuku bilang

Saat aku masih sangat belia

“nanti ketika usiamu separuh usiaku,

Di kepalamu akan tumbuh mahkota

Di leheru melingkar lebar kelopak biru

Dan kedua kakimu menyatu, menciut jadi satu

Manjur benar ibuku bilang

Hamper semua orang mencium ujung kepalaku

“wangi” selalu begitu

Ah tuhan,,, aku mau plastik

Biar wangiku tidak habis di bawa angin

Atau kembalikan saja aku dan beliaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun