Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Langkah Orangtua Mencegah Pelecehan Seksual Anak

23 Mei 2024   16:14 Diperbarui: 23 Mei 2024   16:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelecehan seksual terhadap anak merupakan masalah yang semakin gawat dan perlu mendapatkan tindakan masif dari seluruh pihak terutama orangtua. 

Menurut data Simfoni Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA) pada 2024.  Terdapat kekerasan terhadap anak di rumah sebanyak 2.132 kasus, fasilitas umum 484 kasus dan sekolah 463 kasus. Pelaku paling banyak merupakan teman atau pacar yakni 809 pelaku, 702 orang tua, keluarga atau saudara 285 orang, hingga guru 182 pelaku."Berdasarkan tempat kejadian paling banyak terjadi di rumah tangga sebanyak 2.132 kasus. Artinya, pelaku adalah orang terdekat," kata Woro dalam Deputy Meet The Press di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin (22/4/2024). 

Banyak anak, khususnya anak perempuan, telah menjadi korban pelecehan seksual, namun angka sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Sebagai orang tua, kita bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak kita dari bahaya ini. Kita melihat dari data tersebut kalau pelaku terbanyak datang dari orang terdekat seperti teman, saudara nbahkan guru. Berikut adalah beberapa strategi penting yang dapat kita terapkan untuk membantu anak-anak memahami dan menghindari pelecehan seksual:

  • Buka Komunikasi.  Ajarkan anak-anak untuk mengenali dan mengomunikasikan perasaan takut atau tidak aman dalam diri mereka. Misalnya ketika mereka berada dalam tempat dimana hanya ada anak dan orang dewasa, maka anak perlu diajari untuk berani menolak berbicara atau berada dalam situasi seperti itu. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak bingung ketika menghadapi situasi yang tidak aman dan membangun kepercayaan untuk berbicara baik terhadap orang asing, orang yang memiliki relasi kuasa atau juga terhadap orangtua dan saudara kandung.  Membangun hubungan yang saling percaya dengan anak-anak penting untuk membuka ruang komunikasi. Anak-anak cenderung tertutup ketika mereka tidak terbiasa berkomunikasi dua arah. Para orangtua dapat mengajukan pertanyaan yang santai setiap kali mereka pulang dari sekolah, dari tempat les, atau tempat mereka beraktivitas Bersama orang dewasa,  dengarkan dengan empati, dan tunjukkan minat pada perasaan mereka. Ketika anak terlihat murung atau menunjukan gejala menarik diri, orangtua harus mencari waktu yang tepat untuk menggali informasi dan meminta bantuan kepada orang lain dalam mencari tahu apa yang melatar belakangi perasaan anak tersebut. Jangan lupa menyimpan kontak (nomor handphone dan alamat) orang-orang yang berinterksi dengan anak-anak kita.

Sumber: Pixabay.com
Sumber: Pixabay.com
  • Normalisasi Bahasan Tubuh. Penting untuk menyebutkan bagian tubuh atau alat kelamin secara normal dan menjawab setiap pertanyaan anak tanpa malu. Ini membantu menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk membicarakan pengalaman atau pertanyaan yang mereka miliki. Misalnya alat kelamin perempuan kita ajarkan dengan vagina, sedangkan alat kelamin laki-laki disebut penis jangan menggantinya dengan "burung", begitu juga dengan organ tubuh seperti bokong, dada atau payudara.

Sumber: Pixabay.com
Sumber: Pixabay.com
  • Pahami Sentuhan yang Tidak Pantas/ Tidak Sopan. Ajarkan anak bahwa ada sentuhan yang sama sekali dilarang dan bahwa tindakan tersebut salah. Ini membantu mereka memahami bahwa mereka tidak bersalah dalam situasi tersebut dan harus berbicara tentang itu kepada orang dewasa yang dipercayai.

Sumber: Pixabay.com
Sumber: Pixabay.com
  • Beri Pendidikan tentang Keamanan Online.  Berikan pendidikan tentang penggunaan internet yang aman, termasuk risiko pelecehan seksual secara online. Ajarkan anak-anak untuk tidak memberikan informasi pribadi kepada orang asing dan untuk segera memberi tahu orang tua jika mereka merasa tidak nyaman dengan sesuatu yang mereka temui online.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat membantu melindungi anak-anak dari bahaya pelecehan seksual dan menciptakan lingkungan di mana mereka merasa aman dan didukung. Dengan kondisi darurat pelecehan anak seperti sekarang ini, setiap orangtua, guru, media dan pemerhati anak wajib melakukan aksi nyata pada lingkungan atau ruang kerja terdekat mereka masing-masing agar kita masih bisa melihat lahirnya generasi emas Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun