Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Sarapan Gratis" Sepertinya Lebih Mantap

24 Februari 2024   13:43 Diperbarui: 24 Februari 2024   13:52 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Freepik.com

Sarapan dalam KBBI artinya makan sesuatu pada pagi hari (sebagai alas perut agar terhindar dari sakit perut yang kosong); makan pagi. Dalam Bahasa Inggris "breakfast" terdiri dari dua kata "break" artinya memecah atau dalam konteks makan artinya berbuka dan kata kedua "fast" artinya tidak makan atau puasa. Breakfast memiliki arti makan pertama setelah berpuasa. Ya, berpuasa setelah 12 jam perut kosong.  Sarapan membantu mengisi pasokan glukosa untuk meningkatkan energi dan kewaspadaan "alertness" agar kondisi tubuh maksimal.

Berbagai penelitian telah menunjukkan beragam manfaat kesehatan dari kebiasaan sarapan. Selain meningkatkan tingkat energi dan konsentrasi dalam waktu singkat, sarapan juga berkontribusi pada manajemen berat badan yang lebih baik. Lebih jauh lagi, secara jangka panjang, kebiasaan sarapan dapat membantu mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Para ahli nutrisi sepakat bahwa makan malam paling sehat sekitar pukul 6 dan 7 malam. Karena tubuh masih bisa mencerna dengan baik makanan yang masuk kedalam perut. Organ-organ pencernaan juga membutuhkan istirahat.

Bagaimana dengan anak-anak Indonesia?

Sarapan  belum menjadi sebuah budaya bagi Sebagian anak-anak Indonesia. Data survei diet total (SDT) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan 2020 menunjukkan bahwa dari 25 ribu anak usia 6-12 tahun di 34 provinsi, terdapat 47,7% anak belum memenuhi energi minimal saat sarapan. Selain itu, ditemukan juga bahwa 66,8% anak sarapan dengan kualitas gizi yang rendah dan belum terpenuhi asupan vitamin dan mineralnya.

Kebutuhan kalori anak-anak di usia sekolah berkisar antara 1.400 hingga 2.200 kalori, tergantung pada tingkat kepadatan aktivitas mereka. Sebagian besar anak-anak Indonesia gagal memenuhi kebutuhan kalori sarapan karena asupan nutrisi kurang memadai. Tentu nutrisi itu terdapat dalam susu, ikan dan produk olahan. Semua produk tersebut masih sangat mahal bagi sebagian masyarakat kita. Apalagi dengan harga beras merangkak pasti dan menembus 18 ribu per kilogram, akan sangat memukul daya beli masyarakat berpenghasilan pas-pasan. Sarapan sehat dan penuh nutrisi akan menjadi barang mahal dan sulit terwujud.

Apa dampak sarapan bagi otak?

Dampak sarapan yang kurang nutrisi secara jelas akan terlihat dari tubuh anak yang lemas atau kurang bertenaga. Namun, ada yang lebih penting dari pada itu. Jika seorang anak melewatkan sarapan atau sarapan dengan nutrisi rendah maka dapat berdampak negatif pada kemampuan kognitif seseorang seperti penurunan stimulasi otak, reaksi yang lambat, dan penurunan fokus perhatian. Reaksi dalam otak ini erat kaitannya dengan prestasi belajar dan kualitas daya serap pelajaran.

 Pada pagi hari, cadangan glikogen tubuh habis setelah proses pencernaan semalam. Glukosa merupakan bahan bakar utama untuk otak, dan agar fungsi kognitif optimal, kadar glukosa darah harus dipertahankan stabil. Sarapan berpengaruh langsung pada kadar glukosa darah, yang pada gilirannya memengaruhi fungsi kognitif.

Otak manusia bekerja dengan sangat baik saat kadar glukosa darah berada dalam kisaran 80-120 mg/dL. Saat glukosa darah mulai menurun secara bertahap, ini bisa menyebabkan rasa lapar, kelelahan, dan penurunan fungsi kognitif. Studi juga menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dapat mengurangi efisiensi kerja dan kemampuan kognitif seseorang. Oleh karena itu, sarapan dianggap sebagai waktu makan yang sangat penting dalam sehari untuk asupan nutrisi dan kinerja optimal.

Ilustrasi: Freepik.com
Ilustrasi: Freepik.com

Makan Siang Gratis atau Sarapan Gratis?

Makan siang gratis sebagai program unggulan dari pasangan capres Prabowo Gibran mendapat tantangan serius dari kondisi riil keluarga demi keluarga di Indonesia. Dengan kondisi dimana sebagian besar anak-anak Indonesia belum mengkonsumsi sarapan bahkan tidak sarapan sama sekali, maka alangkah lebih bijak jika program makan siang gratis di ganti dengan sarapan gratis di sekolah.

Di kota besar anak-anak berhadapan dengan kemacetan sehingga mereka harus terburu-buru berangkat ke sekolah dan seringkali melewatkan sarapan. Sementara di daerah pedesaan atau pesisir tentu berhadapan dengan kondisi ekonomi, banyak dari anak-anak sekolah hanya sarapan seadanya atau bahkan "puasa" dan jajan seadanya di sekolah. Kondisi yang telah menjadi tradisi ini memang harus dirubah secara radikal. Jika kebijakan pemerintah membantu menyiapkan sarapan di sekolah, tentu para orangtua akan sangat terbantu baik dari segi waktu maupun biaya. Sehingga tidak lama lagi diharapkan Indonesia akan menjadi bangsa dengan angka zero stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun