Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Media Sosial dan Generasi Z

21 Januari 2024   15:43 Diperbarui: 22 Januari 2024   15:12 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah penelitian  tentang perkembangan saraf remaja dan penggunaan teknologi, peneliti di University of North Carolina di Chapel Hill menyimpulkan bahwa kebiasaan remaja dalam melihat media sosial dapat mempengaruhi cara otak mereka merespons lingkungan sekitar.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di JAMA Pediatrics  tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media sosial oleh remaja dapat meningkatkan sensitivitas otak terhadap antisipasi penghargaan dan hukuman sosial. 

Eva Telzer, seorang profesor di departemen psikologi dan ilmu saraf UNC-Chapel Hill, menyatakan bahwa temuan ini mengindikasikan bahwa anak-anak yang sering menggunakan media sosial cenderung lebih responsif terhadap umpan balik dari teman sebaya.

Selama tiga tahun, peneliti mengikuti 169 siswa dari sekolah menengah umum di daerah pedesaan North Carolina. Pada awal penelitian, para peserta melaporkan seberapa sering mereka memeriksa tiga platform media sosial populer: Facebook, Instagram, dan Snapchat, dengan frekuensi cek berkisar dari kurang dari sekali hingga lebih dari 20 kali sehari. 

Selama periode penelitian, para peserta menjalani pencitraan otak tahunan dan melakukan tugas penundaan insentif sosial untuk mengukur aktivitas otak mereka saat mengantisipasi umpan balik sosial dari teman sebaya.

Responsif terhadap feed back dari orang lain.

Sebagai contoh nyata, tahun 2019 silam Artis K-Pop Sulli ditemukan meninggal dunia dengan cara bunuh diri di rumahnya sendiri yang terletak di kawasan Seongnam, Korea Selatan.

Depresi dan komentar jahat Knetz (Korean netizens) serta haters di media social disebut sebagai alasan peristiwa tragis tersebut. Meskipun Sulli sempat meminta warganet tidak terus-terusan berkomentar buruk, yang terjadi malah sebaliknya. Sehingga ia semakin depresi dengan keadaan tersebut.

Peristiwa semacam ini menjadi hal yang wara-wiri di pemberitaan media sehari-hari. Dampak media sosial yang dahsyat terhadap generasi yang lebih mudah katakanlah generasi Z sungguh mengkhawatirkan.

Media social menjadi semacam platform utama eskpresi diri. Seluruh aspek kehidupan pada akhirnya bermuara di satu dunia ekspresi yang membutuhkan validasi viewer. Ketika tidak mendapat validasi positif maka yang terjadi adalah sebuah depresi dari suatu penolakan.

Apa saja dampaknya?

Semua harus sempurna

Tidak ada yang jelek di social media. Teknologi memampukan semua orang menjadi cantik, tampan dan keren. Sosial media hampir tidak memberikan tempat terhadap cacat penampilan. Hal itu tentu melawan hukum alami di mana semua yang ada di kolong langit terjadi sebagai sebuah keseimbangan. 

Sebagai contoh ada orang berkulit putih, coklat, kuning langsat dan gelap. Belum lagi bicara rambut, tinggi dan berat badan. Di dunia sosial seperti ada sebuah standar kecantikan dan ketampanan yang terbentuk.

Membandingkan diri kita sendiri dan orang lain

Sifat dasar manusia adalah ingin tahu.

Sosial media memungkinkan seseorang untuk mengetahui kehidupan orang lain; dan karena yang orang tampilkan pada sosial media adalah kesuksesan, kekayaan, kebahagiaan dan kesempurnaan, maka seseorang yang menyaksikan itu akan membandingkan betapa dirinya kurang atau tidak Bahagia bila diandingkan dengan ornag yang ia lihat di sosial media.mHal ini tentu berbahaya bagi Kesehatan mental.

Cyber bullying 

Ketika intimidasi terjadi secara daring, individu mungkin merasa seperti diserang di segala penjuru, bahkan di lingkungan rumahnya sendiri, tanpa melihat jalan keluar yang jelas. Dampaknya bisa bersifat jangka panjang dan merugikan secara mental, menyebabkan perasaan kesal, malu, merasa bodoh, bahkan menimbulkan ketakutan atau kemarahan.

Dampak secara emosional juga dapat terasa, menciptakan rasa malu dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang disukai sebelumnya. Fisik pun terpengaruh, mungkin mengalami kelelahan karena kurang tidur, atau bahkan menunjukkan gejala seperti sakit perut dan sakit kepala.

Merasa diperolok atau dilecehkan oleh orang lain dapat mengakibatkan seseorang enggan untuk mengungkapkan diri atau mencoba mengatasi masalah yang dihadapi. 

Pada kasus yang sangat serius, tindakan penindasan daring bahkan dapat mendorong seseorang hingga ke titik bunuh diri.Meskipun penindasan daring dapat memberikan dampak yang beragam, penting untuk diingat bahwa hal ini dapat diatasi, dan individu dapat memulihkan kepercayaan diri dan kesejahteraan mereka.

Untuk menghindari dampak buruk media sosial bagi generasi Z, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

Pendidikan Digital dan Kesadaran

Generasi Z perlu dilibatkan dalam pendidikan digital yang memperkenalkan mereka pada etika penggunaan media sosial, privasi online, dan risiko penindasan siber. Kesadaran akan potensi dampak negatif dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih bijak.

Batasan Waktu Penggunaan

Menetapkan batasan waktu harian untuk menggunakan media sosial dapat membantu mencegah kecanduan dan mengurangi tekanan serta stres yang mungkin timbul dari perbandingan sosial dan bully online.

Apapun yang berlebihan pasti berakibat buruk. Disiplin diri merupakan kunci untuk menghindari diri darikecanduan dan stres itu sendiri.

Privasi dan Keamanan

Mendorong generasi Z untuk memahami dan mengelola pengaturan privasi mereka di media sosial. Mereka perlu menyadari risiko berbagi informasi pribadi dan foto secara terbuka dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka secara online. 

Hal ini membutuhkan bantuan dari berbgbagai pihak seperti orang tua, guru, orang yang lebih dewasa bahkan termasuk pemerintah melalui program-program edukasi di berbagai level.

Promosi Positivitas Online

Mendorong perilaku positif dan memberikan dukungan terhadap teman-teman mereka di media sosial dapat menciptakan lingkungan daring yang lebih sehat. Menekankan kepentingan mendukung satu sama lain dan menghargai perbedaan dapat mengurangi tingkat konflik.

Hindari Perbandingan Sosial

Memberitahu generasi Z untuk menghindari perbandingan diri dengan orang lain di media sosial. Mereka perlu memahami bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan, dan setiap orang memiliki perjalanan dan kehidupan yang unik.

Pemantauan Aktivitas Online oleh Orang Tua atau Wali

Orang tua atau wali dapat membantu dengan memantau aktivitas online anak-anak mereka. Ini dapat membuka jalan untuk berbicara tentang pengalaman online mereka dan memberikan dukungan jika diperlukan.

Pelatihan Keterampilan Emosional dan Sosial

Mengembangkan keterampilan emosional dan sosial dapat membantu generasi Z dalam mengatasi tekanan sosial, konflik, atau perasaan negatif yang mungkin timbul dari interaksi online.

Istirahat dari Media Sosial

Menekankan pentingnya mengambil istirahat dari media sosial secara berkala. Ini dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Tidak ada yang akan membantah betapa media sosial memiliki banyak dampak positif bagi generasi muda terutama generasi Z. Berbagai platform dan aplikasi memudahkan mereka mendapat informasi dan pengetahuan dalam belajar, berekspresi, meneliti bahkan berbisnis.  

Oleh karena itulah,  melalui pendekatan yang holistik dan didukung oleh pendidikan, kesadaran, dan dukungan sosial, generasi Z dapat lebih baik mengelola dampak media sosial dan membentuk pengalaman online yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun