Iseng-iseng mencari informasi dengan meng-Google "Apa yang biasa kamu lakukan di waktu luang?" dari hasil pencarian, saya menemukan sebuah situs bernama betterups.com. Situs ini berasal dari Amerika dan menyusun 11 daftar aktivitas, dengan membaca buku berada di urutan kedua setelah meditasi.
Sebagai perbandingan, menurut survei Jakpat tahun 2022 dengan melibatkan 2474 responden, orang Indonesia lebih menyukai menonton film, mendengarkan musik, menonton drama/serial, dan membaca berita online. Membaca buku mendapat urutan kesembilan, bahkan membaca koran menjadi yang paling rendah.
Dalam riset "World's Most Literate Nations Ranked" yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara mengenai minat membaca. Hal ini tepat di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61).Â
Budaya lisan cenderung kuat di masyarakat kita, mulai dari Aceh hingga Papua, dengan berbagai cerita, dongeng, pantun, dan balada. Meskipun hal ini tidak salah, tetapi seharusnya diimbangi dengan kuatnya budaya tulisan.
Tidak heran jika masyarakat kita lebih memilih menonton film atau video yang bersifat pasif, atau mendengarkan musik. Apakah ini salah? Jawabannya tentu tidak bersifat normatif, tidak benar atau salah.
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah adakah korelasi antara tingginya budaya membaca dengan kemajuan peradaban suatu bangsa? Hollywood menghasilkan ratusan film setiap tahun yang diadaptasi dari buku atau novel bestseller, seperti karya Stephen King, J.R.R Tolkien dan J.K Rowling.
Apa guna hobi membaca fiksi? Membaca fiksi memungkinkan otak kita menciptakan gambar yang sesuai dengan narasi dalam cerita. Ini sangat berguna untuk pembaca merasakan dan meningkatkan rasa empati terhadap karakter dalam cerita tersebut.Â
Membaca, terutama fiksi, dianggap sebagai hobi terbaik karena pembaca dapat "melarikan diri" sejenak dari realitas dan memasuki dunia imajinasi.Â
Akhirnya, pembaca menemukan pertemuan pribadi dengan pikiran dan imajinasi penulis. Tingkat stres dapat menurun karena otak mengeluarkan hormon yang menenangkan denyut jantung dan merilekskan tubuh.
Dalam sebuah jurnal berjudul "Proceedings of the National Academy of Sciences" tahun 2001, disebutkan bahwa pembaca cenderung memiliki kesehatan mental yang baik dan tidak mudah terserang penyakit Alzheimer.Â