" Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan  dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah;  Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa  bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir (Kejadian 45:4-7 TB)Â
Kata-kata Yusuf bagaikan air segar yang mengguyur tubuh saudara-saudaranya yang terbakar karena perasaan menyesal, takut dan malu. Di hadapan mereka kini berdiri dengan jelas saudara mereka yang dua puluh dua tahun lalu mereka jual kepada saudagar-saudagar ke Mesir.Â
Bagi banyak pembaca Alkitab kisah ini merupakan salah satu kisah yang paling jelas mengajarkan  arti memaafkan dan rekonsiliasi pada satu sisi dan sangat sulit dilakukan pada sisi lain.Â
Sebagai pembaca Alkitab awam saya berjuang bertahun-tahun dalam memahami dan mencoba mengikuti jejak luar biasa Yusuf. Maksud saya, kok bisa Yusuf dengan begitu mudahnya memaafkan dan memulihkan hubungannya dengan saudara-saudaranya setelah kejahatan sadis yang mereka lakukan. Memisahkan dan menjual seorang seorang anak dari ayahnya. Human trafficking.Â
Hidup Yusuf berubah secara tragis ketika berusia 17 tahun. Sebagai anak kesayangan Yakub, ia berlimpah akan kasih sayang bahkan dari semua anak-anak Yakub hanya ia seoranglah yang mendapat sebuah jubah maha indah. Tentu saja tindakan "pilih kasih" Yakub tersebut mendatangkan rasa iri hati dan benci anak-anaknya yang lain.Â
Yusuf dijual dan berakhir di rumah Potifar seorang kepala pengawal Firaun. Ia menikmati sebentar kehidupan sebagai seorang pelayan kesayangan, ia mendapat kepercayaan dan pasti belajar sangat banyak ilmu manajemen dari Potifar dan pegawai-pegawainya yang lain.Â
Namun ketenangan Yusuf yang telah kira-kira berlangsung sebelas tahun tiba-tiba hilang, Karena jebakan sang istri yang menginginkan cintanya. Jadilah ia tercampak dalam penjara. Tuhan senantiasa besertanya sehingga di dalam liang tutupan itu pun ia tetap menjadi seorang yang terampil dan selalu berhasil dalam mengurus pekerjaan-pekerjaan  yang dipercayakan kepala penjara.Â
Beberapa tahun kemudian karena ia berhasil menafsirkan mimpi juru roti yang sama-sama ditahan,  reputasinya  pun terdengar oleh Firaun yang sedang kebingungan mengartikan arti mimpinya sendiri. Yusuf terbukti sanggup menafsirkan mimpi raja yang aneh serta dengan sekejap ia diangkat menjadi Mangkubumi Mesir, suatu jabatan nomor dua setelah Firaun sendiri.
Sekarang ia memiliki kuasa sangat besar untuk membalas dendam kepada saudara-saudaranya yang puluhan tahun lalu telah berbuat jahat kepadanya.