Hari anak sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November merupakan suatu peringatan yang bertujuan untuk menyerukan hak-hak anak yang harus diperjuangkan seperti hak mendapat pendidikan yang layak, mendapatkan rasa aman serta perlakuan yang adil, juga mendapatkan akses terhadap kesehatan dan nutrisi. Tahun ini tema yang diusung adalah  "inclusion, for every child".
Menyoroti isu-isu aktual yang terjadi mengenai anak-anak di seluruh dunia, di Indonesia pun terjadi masalah yang tidak begitu berbeda. Secara khusus yang masih kurang mendapat perhatian adalah hak anak untuk mendapatkan makanan serta nutrisi yang memadai bagi perkembangan tubuh serta mentalnya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2021, Indonesia mencatatkan angka konsumsi ikan nasional sebesar 55,37 kg per kapita per tahun atau mengalami peningkatan sebesar 1,48 % dibanding tahun sebelumnya.Â
Namun, bila kita membandingkan dengan negara seperti Malaysia yang mencapai 70 kg perkapita pertahun, Singapura 80 kg per kapita per tahun apalagi Jepang 100 kg per kapita per tahun maka pencapaian negara kita tersebut masih tertinggal cukup jauh.
Ironis bagi sebuah bangsa yang yang terkenal sebagai negara maritim dengan 70% daerahnya adalah lautan serta garis pantai lebih dari 95 ribu kilometer.
Berkaca kepada pernyataan Menkeu Sri Mulyani  "Bahwa konsumsi rokok merupakan konsumsi kedua terbesar dari rumah tangga miskin yaitu mencapai 12,21 persen untuk masyarakat miskin perkotaan dan 11,63 persen untuk masyarakat pedesaan," yang dikutip dari Kompas TV, Jumat (4/11/2022).Â
Maka secara sederhana kita dapat mengambil kesimpulan bahwa para orangtua dari anak-anak Indonesia secara sengaja atau tidak telah menggantikan hak anak-anak mereka akan konsumsi nutrisi seperti ikan atau daging dengan rokok atau sejenisnya.
Ikan adalah sumber protein yang sangat baik karena mengandung berbagai nutrisi seperti asam omega 3, protein, kalsium dan DHA yang menunjang perkembangan otak dan tentu saja mental anak-anak. Karena mental yang kuat tentu tidak terpisah dari badan yang sehat.
Riset Global Adult Tobacco Survey (GATT) tahun 2021 menyatakan bahwa jumlah perokok selama kurun waktu 2011-2021 meningkat sebanyak 8,8 juta orang (pandemi tidak menghalangi orang berhenti membeli rokok) atau dengan kata lain 69,1 juta penduduk Indonesia 25 % nya perokok aktif.