Mohon tunggu...
Ayub Simanjuntak
Ayub Simanjuntak Mohon Tunggu... Lainnya - The Truth Will Set You Free

Capturing Moments With Words

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prayer as an Exchange

30 Juli 2022   07:52 Diperbarui: 30 Juli 2022   07:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : getty images.com

Peristiwa besar ini terjadi sekitar tahun 1070 SM di suatu tempat bernama Ramataim-Zofim atau yang sekarang lebih dikenal dengan Rama pegunungan Efraim  yang berarti "pemandangan dari ketinggian".

Seorang laki-laki dari suku Efraim bernama Elkana bin Yeroham memiliki dua istri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina memiliki anak tetapi Hana tidak.

Tiap tahun mereka menjalankan kewajiban ibadah mereka dengan sembahyang dan mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN di Silo. Demikianlah Hana selalu berdoa dan memohon seorang anak kepada TUHAN.

Pada suatu waktu, Hana sangat sedih ketika madunya menyakiti hatinya karena kemandulannya, ia tidak mau makan dan ia terus menerus berdoa kepada TUHAN. Imam Eli sedang duduk tidak jauh dari tempatnya berdoa. Imam itu menyangka bahwa wanita ini sedang mabuk sebab ia berdoa dengan mulut yang komat-kamit tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabuk." Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan   isi hatiku di hadapan TUHAN.  Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama." Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat,  dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya. " Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu. " Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram   lagi.  Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama.   Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat  kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki.   Ia menamai  anak itu Samuel , sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN." (1 samuel 1:14-20)

Hana mencurahkan isi hatinya yakni kesedihan, kekecewaan, kepahitan dan harapan-harapannya. Setelah mendengar janji yang diucapkan Imam Eli, ia percaya dan menanggalkan beban di tempat ia berdoa. Hana kemudian mau makan dan tidak muram lagi. Dalam doa Hana memiliki iman bahwa Tuhan mendengar doanya dan ia mengaminkan janji Tuhan yang ia dengar melalui Imam Eli. 

Doa sebagai sebuah pertukaran!

Apa yang Hana bawa dalam doa kehadapan Tuhan? Segala isi hatinya. Apa yang Tuhan beri dalam hatinya? Damai sejahtera. Doa bukan ritual atau dorongan psikologis diri manusia, Berdoa adalah tindakan iman. Iman adalah pondasi dari segala sesuatu yang kita harapkan dan iman sendiri adalah bukti dari apa yang belum kita lihat.

Berulang kali dalam Alkitab, Tuhan memberikan sebuah formula rahasia kehidupan. Berdoa artinya berbicara kepada Tuhan sekaligus mendengarkan suara-Nya.

  • Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:6-7)
  • "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31)
  • Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Matius 11:28)

Ketiga ayat di atas hanyalah beberapa dari sangat banyak ayat menekankan berdoa sebagai sumber kekuatan dalam diri manusia. Kita dapat memahami kerinduan Tuhan untuk membawa manusia melampaui masalah-masalah dan beban untuk bisa menikmati kebersamaan dalam hadirat-Nya.  Ketika kita berani datang dalam doa, jujur, terbuka dan berharap akan jawaban, Tuhan selalu memberi jawaban dari pergumulan manusia. Meskipun jawaban itu bisa jadi tidak seperti yang kita harapkan tetapi pasti yang membawa kedamaian dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun