Tema Natal Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia  ( KWI) tahun ini adalah Cinta Kasih yang Menggerakan Persaudaraan. Tema ini  secara khusus terambil dari satu ayat dalam tulisan Rasul Petrus kepada orang-orang Yahudi yang tersebar di perantuan sekitaran jajahan Romawi pada sekitar tahun 62-64 S.M. 1 Petrus 1 :22 "Karena kamu telah menyucikan  dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh  saling mengasihi dengan segenap hatimu"(TB).
Rasul Petrus yang telah tua menyadari tidak lama lagi saat kematiannya akan tiba mencoba menulis  surat yang isinya berusaha menghibur hati serta memberikan kekuatan kepada saudara-saudara seiman  yang sedang dalam keadaan tertindas di bawah kekejaman Kaisar Nero. Seperti seorang ayah dan mentor, ia menasihati mereka berulang-ulang dalam surat tersebut. Bersabar dalam kesesakan dan penderitaan.
Petrus mengingatkan mereka bahwa penderitaan badani yang sementara dalam hal ini penindasan, diskriminasi politik dan ekonomi serta hukuman penjara yang sedang berlangsung bagi begitu banyak penganut Kristen pada waktu itu  hanyalah persiapan mereka untuk menerima warisan yang sudah disediakan bagi umat percaya dalam Kerajaan Sorga. Ia memerintahkan orang-orang Kristen untuk bersukacita karena mereka  telah mencapai tujuan iman yaitu keselamatan jiwa.
Keselamatan jiwa dalam pandangan kekristenan adalah suatu keadaan dimana iman seseorang merespon undangan masuk dalam keselamatan Tuhan melalui suatu korban tebusan dalam hal ini adalah darah Tuhan Yesus Kristus. Mengapa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya melalui amal dan kebaikannya? Karena kebaikan manusia sendiri tidak lagi dapat dikatakan murni. Alkitab berkata semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Dosa membuat manusia betul-betul jatuh dari standar kemuliaan Allah yang suci, kudus dan mulia.
- Misteri Natal
Natal sejatinya adalah suatu misteri agung dimana Allah mau menyatakan dirinya menjadi darah dan daging masuk kedalam sendat rahim perempuan. Ia mengambil kodrat manusia agar mendapat bagian dalam darah dan daging yang akhirnya menjadi korban nyata bagi seluruh manusia berdosa. Ia mengalami pergumulan sehari-hari insan yang berjuang melawan godaan hasrat dosa dan pencobaan-pencobaan sehari-hari.
Mengamalkan atau menggerakan persaudaraan adalah suatu respon umat percaya yang telah disucikan oleh kebenaran. Seseorang yang mempercayai Allah tidak mungkin tidak mengasihi sebab Allah adalah Kasih itu sendiri. Dengan kata lain seseorang hanya dapat mengamalkan persaudaraan yang murni jikalau ia telah disucikan oleh kebenaran. Yesus Kristus satu-satunya pribadi yang berani mengklaim dirinya adalah jalan, kebenaran dan hidup itu sendiri.
Bagian ini mengingatkan kita bahwa tidak semua kebaikan atau amal berasal dari kebenaran. Ada suatu kebenaran yang palsu. Seseorang bisa saja menggerakan persaudaraan tetapi tanpa kebenaran maka hasil yang didapat bisa saja mengarah kepada kejahatan. Sebagai contoh sederhana misalnya seorang pejabat negara yang sangat ingin menyenangkan keluarganya rela melakukan tindakan menyalahgunakan jabatannya demi keuntungan keluarga atau teman-temannya.
Menurut Alkitab kesucian diri seseorang tidaklah dapat dikerjakan oleh dirinya sendiri. Sebagai ilustrasi  seseorang yang tercebur ke kubangan lumpur tidak dapat membasuh dirinya dengan bersih dalam kubangan tersebut.
Pembersihan hanya bisa terjadi  ketika ada seseorang yang menarik orang itu ke atas dan mengguyur sekujur badannya dengan air maka orang itu akan menjadi bersih. Dibutuhkan seseorang dari luar keadaan tersebut untuk menolong orang yang terjebak itu. Demikianlah kalau diilustrasikan secara sederhana bagimana Allah Sang Khalik rela menolong manusia menyucikan diri dari lumpur dosa melalui kehadiran diri-Nya dalam kemanusiaan.
- Sekali lagi Natal dalam Masa Pandemi
Natal kiranya menjadi momen yang tepat bagi kita dalam situasi pandemi, perlambatan ekonomi, kesenjangan sosial dan korupsi yang masih menjadi awan hitam di bangsa ini untuk membersihkan hati nurani dan moral setiap komponen bangsa serta menyadari bahwa seorang Raja Agung rela mengosongkan dirinya dan menjadi sama dengan ciptaan-Nya. Esensinya, Natal juga dimaknai sebagai kesediaan seseorang berkorban bagi sesamanya. Cinta kasih yang berasal dari hati sedianya akan menggerakan persaudaraan.