Saya mencoba menerjemahkan artikel sebelumnya yang saya ambil dari http://www.afs.org/blog/icl/
Semoga ini bermanfaat untuk kita mulai memahami apa itu microaggressions. Pada dasarnya kata ini lebih dikenal sebagai bully terselubung dikalangan masyarakat muda Indonesia. Demikian persepsi saya terhadap microaggression tersebut. Saya yakin banyak yang lebih memahami konsep ini dan kiranya dapat berbagi.
Terima kasih,,
Selamat membaca dan berbudaya :)
Sebagai sebuah konsep, microaggressions muncul sebagai sesuatu yang disebut sebagai rasisme dibeberapa tahun yang lalu. Bentuk rasisme telah diteliti oleh beberapa ahli sejak tahun 1970an dan ini mulai menyebar dan membantu meningkatkan kewaspadaan pada level sosial yang lebih besar.
Tapi, apa itu microaggressions?Microaggressions didefinisikan sebagai “merendahkan, menghina, menjatuhkan orang lain berdasarkan warna, gender, populasi homoseksual, atau mereka yang termarjinalkan dari interaksi dengan orang banyak. Microaggressions biasanya muncul sebagai pujian yang biasanya berisi metacommunication atau penhinaan tersembunyi terhadap suatu kelompok yang dituju”. Studi tentang microaggressions telah beralih ke arah yang lebih kontekstual.
Studi awal mengenai microaggressions terfokus pada diskriminasi rasis secara verbal dan non-verbal, khususnya Afro-Amerika dan Asia-Amerika di Amerika Serikat. Namun, microaggressions juga mulai melibatkan gender (lebih banyak terhadap wanita tetapi pria juga ada), orientasi seksual dan hal minor lainnya (sosio-ekonomi, etnis, atau budaya minor lainnya).Area lainnya yang juga penting adalah diskriminasi umur, terkadang dengan pernyataan yang berhubungan dengan kemampuan untuk berinteraksi oleh orang yang lebih tua, atau peran junior dalam suatu organisasi. Selain itu terdapat beberapa ciri-ciri fisik seperti tinggi badan yang mendukung agresi ini secara tidak sadar.
Microaggression berkembang lebih luas daripada yang orang bayangkan; hal ini dapat terjadi di sekolah, perusahaan, pertemanan, media, dll.
Menurut Dr. Derald Wing Sue dan rekan, microaggression dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: microassaults, microinsults dan microinvalidations. Microaggressions dapat sangat menyakitkan dan membuat lingkungan yang tidak bersahabat bagi murid di sekolah atau karyawan di perusahaan. Ini juga dapat menyebabkan pencapaian atau produktivitas yang lebih rendah, ketidakadilan struktural dan meningkatkan diskriminasi.
“Microaggressions berada diluar kesadaran pelaku”
Mengerti bagaimana kita mungkin saja menjadi pelaku sangat relevan, khususnya ketika kita bekerja dibidang intercultural dan konteks perbedaan. Namun, mengerti bagaimana microaggressions muncul, bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dan bagaimana cara mengatasinya merupakan suatu tgas yang kompleks. Mengetahui tentang microaggressions adalah langkah awal. Jika kita ingin efektif dan tidak berkontribusi pada rasis dan representasi yang tidak adil terhadap grup lain, kita butuh kemampuan intercultural dan sensitif terhadap akibat yang akan timbul dari perbuatan maupun perkataan kita. Berkemampuan dan sensitif adalah tugas yang harus kita kerjakan setiap hari. Ingat bahwa microaggressions bukan hanya yang berhubungan dengan rasis, tetapi juga berhubungan dengan gender, orientasi seksual, atau ciri-ciri fisik, budaya atau identitas.
Beberapa contoh microaggressions yang didapatkan dari Universitas Denver.
- Meneruskan untuk salah mengeja nama siswa yang telah dikoreksi atau tidak menghiraukan pengucapan yang benar terhadap suatu nama
- Membuat sebuah diskusi yang menempatkan siswa dengan pendapat minoritas berada pada posisi yang sulit
- Membuat asumsi tentang siswa dan latar belakangnya:
- Mengasumsikan semua siswa Latin bisa berbahasa Spanyol: “Bisakah translate-kan ini, Hector?”
- Mengasumsikan semua siswa Asia pintar matematika
- Mengasumsikan bahwa setiap siswa cocok dengan tradisinya dan memahami komputer:
“Saya akan mengumumkan jadwal kelas di FB, saya asumsikan kalian semua ada di FB”
Credit to http://www.afs.org/blog/icl/