Dalam QS Al Hujurat ayat 10 disebutkan,“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapatrahmat.”Apa makna dari ayat ini? bahwa semua orang di bumi ini adalah saudara. Tidak peduli agamanya apa, atau budayanya seperti apa, memperbaiki sebuah hubungan sangat dianjurkan.
Dalam ayat 11 ditegaskan lagi , “hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yangzalim.”
Dari dua ayat ini saja, jelas sekali maksudnya. Hormat menghormati sangat dianjurkan dalam ajaran agama. Apalagi dalam kondisi di bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Hormat menghormati menjadi sikap yang wajib dilakukan, demi terciptanya sebuah perdamaian. Nah..di bulan yang penuh berkah ini, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, tentu saja mayoritas penduduk Indonesia sedang melakukan puasa. Karena itu pula, perlu kiranya yang nom muslim menghormati yang muslim. Namun, yang muslim juga tetap harus menghormati kelompok non muslim.
Dalam etika berjualan misalnya. Jika dulu warung yang berjualan di siang hari pada saat puasa, cukup ditutup dengan menggunakan kain saja. Hal ini sudah cukup sebagai bentuk saling menghormati. Pekan kemarin, perhatian publik tertuju pada ibu Saeni, yang di razia satpol PP, karena melanggar perda. Kini, perda yang melarang Saeni berjualan itu, telah dihapuskan oleh pemerintah pusat, karena dianggap diskriminatif. Niat baik, untuk menjaga kehormatan umat muslim, justru diimplementasikan dengan cara yang salah.
Dalam kehidupan bersosial masyarakat, seringkali masyarakat diminta mengerti, terhadap aktifitas keagamaan tertentu. Pengajian dengan menggunakan pengeras suara yang keras atau menutup akses jalan, terkadang masih sering kita temukan. Tak jarang pula, kemacetan panjang terjadi akibat acara pengajian akbar ini.
Namun, masyarakat mencoba untuk mengerti terhadap aktifitas peribadatan itu. Di sisi lain, ada juga jemaat gereja yang menggunakan rumah atau ruko untuk beribadah, tapi mendapatkan penolakan dari warga karena dianggap mengganggu. Ini sebuah realita di negeri yang penuh keberagaman ini.
Poinnya adalah, jangan minta dihargai kalau tidak bisa menghargai orang lain. Islam agama damai. Islam juga agama yang toleran. Sekali lagi, mari kita saling menghargai, baik yang sedang menjalankan ibadah puasa ataupun yang tidak menjalankan. Dalam Al Hujurat ayat 13 disebutkan, “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Saling mengenallah antar sesama, agar kita bisa mengerti dan memahami diri, lingkungan dan negeri kita. Indonesia besar dari keberagaman. Melalui keberagaman itulah, muncul bhineka tunggal ika. Muncul Indonesia dalam wadah negara kesatuan republik Indonesia. Melalui keberagaman itulah, tersedia banyak suku dan budaya. Namun satu hal yang menjadi ciri khas dari berbagai suku dan budaya adalah, gotong royong dan toleransi. Jadi, saling membantulah dan saling menghargailah antar sesama. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H