Suasana di kamar itu hening, lampu baca di atas nakas berpendar temaram, waktu telah menunjukkan pukul satu kurang tujuh menit dini hari. Diandra masih terjaga dengan tablet di pangkuannya. Ia memang sering kali tenggelam dalam dunia khayalan jika sudah asyik membaca seperti itu, tak dipedulikannya suasana sekitar yang entah mengapa terasa lebih dingin dari biasanya.
Ditengah keseriusannya berselancar di dunia khayalan, tiba-tiba Diandra dikejutkan dengan dering ponsel yang diletakkannya di atas nakas di samping ranjang. Sederet nomor asing terpampang di layar, melakukan panggilan masuk. Tanpa ada rasa curiga atau apapun juga, Diandra segera menjawab panggilan tersebut.
"Halo ..." sapa Diandra.
"Jangan buka pintu! Jangan buka!" suara itu terdengar cemas dan ketakutan.
"Halo ... Halo ... Siapa ini?" tanya Diandra sembari menyernyitkan keningnya heran.
"Jangan buka pintu! Jangan buka!" suara itu terdengar semakin panik.
"Halo ..."
Tut ... Tut ... Tut ... Tut ...
Sambungan terputus. Diandra menatap ponselnya heran. Siapa yang melakukan panggilan selarut ini, pikirnya. Suara itu suara perempuan, yang mengatakan untuk tidak membuka pintu. Pintu apa?
Walaupun masih dengan dahi yang berkerut heran, Diandra pun mengabaikannya. Dia berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng saja. Mungkin si penelpon melakukan prank hanya untuk menakut-nakutinya.
Namun, ketika ingin mengangkat tabletnya untuk meneruskan bacaannya kembali, Diandra dikejutkan dengan suara pintu depan yang diketuk tiga kali. Tok tok tok ... Mata Diandra melirik pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan pukul satu kurang lima menit dini hari. Siapa yang bertamu malam-malam begini, pikirnya bertanya-tanya. Dengan menguatkan hati dan memberanikan diri, Diandra beranjak dari ranjang tempat tidurnya. Hatinya mulai diliputi keraguan dan ketakutan.