Mohon tunggu...
Ayu Andri Herlis Apriani
Ayu Andri Herlis Apriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ayu Andri

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penggunaan Metode Forest School Untuk Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Eksplorasi Pada Anak Usia Dini

27 Desember 2024   09:07 Diperbarui: 27 Desember 2024   09:07 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Salah satu pendekatan yang mulai mendapatkan perhatian di Indonesia adalah metode forest school atau sekolah hutan. Pendekatan ini mengintegrasikan aktivitas pembelajaran dengan lingkungan alam terbuka, memungkinkan anak untuk belajar melalui interaksi langsung dengan alam (Dilek & Atasoy, 2020). Pendekatan forest school di Indonesia berfokus pada pembelajaran berbasis alam, di mana anak-anak secara aktif terlibat dalam aktivitas luar ruangan. Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan alam, memecahkan masalah secara mandiri, serta mengembangkan kreativitas dan rasa ingin tahu. Di Indonesia,  sangat relevan mengingat kekayaan alam yang melimpah seperti hutan, taman, dan area hijau di pedesaan maupun perkotaan.

Penerapan metode forest school di Indonesia dapat mendukung visi pendidikan berbasis kearifan lokal. Dengan melibatkan anak-anak dalam aktivitas yang berkaitan dengan ekosistem lokal, mereka dapat memahami pentingnya pelestarian lingkungan. Selain itu, metode ini sejalan dengan kebijakan pendidikan yang mengutamakan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning), terutama dalam pembelajaran di PAUD.

Namun, tantangan yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas ruang terbuka di daerah perkotaan dan kebutuhan akan pelatihan guru yang mampu mengimplementasikan pendekatan ini secara efektif. Dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal sangat penting untuk memfasilitasi penerapan metode ini di seluruh Indonesia. Kelebihan pendekatan forest school, yaitu : 1) Anak-anak didorong untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka, yang secara alami meningkatkan rasa ingin tahu, seperti mengamati serangga, mengidentifikasi tumbuhan, dan bermain di air memberikan pengalaman belajar yang otentik, 2) Anak-anak belajar bekerja sama dalam kelompok, berbagi alat dan sumber daya, serta mengatasi tantangan di lingkungan alami. Manfaatnya untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial dan emosional, 3) Kegiatan fisik di luar ruangan membantu meningkatkan kesehatan fisik anak, 4) Lingkungan alami yang tidak terstruktur memungkinkan anak untuk berimajinasi dan menggunakan kreativitas dalam bermain, 5) Kegiatan seperti memanjat, melompat, dan berjalan di tanah yang tidak rata membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan kasar.

Selain kelebihan ada juga kekurangan dari pendekatan forest school, keterbatasan akses diwilayah perkotaan ataupun perdesaan, kondisi cuaca yang tidak menentu seperti hujan dan panas ekstrem dapat mengganggu aktivitas pembelajaran di luar ruangan, resiko keselamatan dan keamanan pada anak,kurangnya  ketersediaan guru yang terlatih karena pada penerapan metode forest school membutuhkan guru yang memiliki pemahaman dan keterampilan khusus dalam pembelajaran berbasis alam.

Pendekatan forest school dan teori sosial Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan peran orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten dalam mendukung perkembangan anak. Konsep "zone of proximal development" (ZPD) dari Vygotsky sangat relevan dengan metode forest school. Dalam pembelajaran berbasis hutan, anak-anak sering kali menghadapi tantangan yang berada di luar kemampuan mereka, seperti mengidentifikasi jenis tumbuhan atau membangun struktur dari kayu (Putri & Suryana, 2022).

Guru dan teman sebaya yang lebih kompeten dapat memberikan "scaffolding" atau dukungan bertahap kepada anak dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Sebagai contoh, ketika seorang anak kesulitan memanjat pohon kecil, guru dapat memberikan arahan atau dukungan fisik yang membantu anak mencapai tujuannya. Dengan demikian, metode forest school memberikan keterkaitan di mana teori Vygotsky dapat diterapkan.

Selain itu, interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok saat anak-anak berkolaborasi mencerminkan konsep Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi dalam sosial. Lingkungan alam terbuka juga menciptakan tempat di mana anak-anak dapat bertanya dan berbagi pengalaman dengan teman sebaya dan guru. Metode forest school memiliki potensi besar untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan eksplorasi pada anak usia dini di Indonesia. Dengan memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah di Indonesia, metode ini dapat mengintegrasikan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Meskipun ada beberapa tantangan, seperti keterbatasan fasilitas dan kebutuhan akan pelatihan guru, manfaat yang diperoleh jauh lebih besar (Ernawati & Susetyowati, 2022).

Pendekatan Forest School telah diterapkan di Indonesia dan menunjukkan hasil positif untuk meningkatkan keterampilan sosial, motorik kasar, dan motorik halus pada anak. Misalnya, penelitian di TK XYZ Bintaro menunjukkan peningkatan signifikan dalam keterampilan tersebut setelah menerapkan metode ini (Yuliana&Santoso, 2022). Selain itu, program pendidikan luar ruang di Indonesia juga terbukti efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial anak. Studi yang melibatkan anak pecinta alam menunjukkan peningkatan keterampilan sosial setelah mengikuti program outdoor education (Karisman, 2021).

Penerapan metode ini sejalan dengan teori sosial Vygotsky, di mana pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dan dukungan dari orang dewasa atau teman sebaya. Dengan mendukung anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka, pendekatan ini memungkinkan pengembangan kognitif, sosial, emosional, dan fisik yang lebih holistik. Oleh karena itu, pengintegrasian metode forest school dalam kurikulum PAUD dapat menjadi langkah strategis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi anak-anak Indonesia. Implementasi Forest School di Indonesia memerlukan adaptasi terhadap konteks lokal, termasuk penyesuaian kurikulum dan pelatihan bagi pendidik. Namun, dengan pertimbangan yang tepat, pendekatan ini dapat menjadi alternatif efektif dalam meningkatkan rasa ingin tahu dan eksplorasi pada anak usia dini.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun