Mohon tunggu...
Ayu Anzela
Ayu Anzela Mohon Tunggu... -

Guru matematika

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujung Tombak yang Terabaikan

26 September 2013   00:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:23 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa tahun belakangan ini profesi guru sedang naik pamor. Hal ini bisa kita lihat dari meningkatnya animo lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah pada jurusan pendidikan. Padahal seperti yang saya ingat, jarang sekali teman-teman yang berminat melanjutkan ke jurusan pendidikan ketika zaman SMA. Bahkan beberapa dari mereka memilih jurusan pendidikan sebagai pilihan terakhir atau alternatif daripada tidak kuliah. Lucu dan Ada-ada saja alasan yang mereka lontarkan ketika itu. Ada yang mengatakan “wah..jiwa saya gak cocok jadi guru”, “Saya bukan orang yang penyabar”, “suara saya kecil, nanti takut gak kedengeran oleh siswa”. Ada juga yang cukup blak-blakan mengatakan bahwa “Jadi guru gajinya kecil, mana cukup buat hidup, lagian gak keren mending jadi pegawai kantoran.” ehmm.. cukup menghelah dada mendengar semua alasan mereka.

Masih ingat lagunya Iwan False yang judulnya Guru Umar Bakrie . “Tas hitam dari kulit buaya, Selamat pagi berkata bapak Umar Bakri, Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali, Tas hitam dari kulit buaya, Mari kita pergi memberi pelajaran ilmu pasti, Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu, Laju sepeda kumbang dijalan berlubang, Selalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang, Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang, Banyak polisi bawa senjata berwajah garang, Bapak Umar Bakri kaget apa gerangan?, “Berkelahi pak!” jawab murid seperti jagoan, Bapak Umar Bakri takut bukan kepalang, Itu sepeda butut dikebut lalu cabut kalang kabut, cepat pulang, Busyet... standing dan terbang, Umar Bakri Umar Bakri, Pegawai negeri, Umar Bakri Umar Bakri, Empat puluh tahun mengabdi, Jadi guru jujur berbakti memang makan hati, Umar Bakri Umar Bakri, Banyak ciptakan menteri, Umar Bakri, Profesor dokter insinyurpun jadi (Bikin otak orang seperti otak Habibie), Tapi mengapa gaji guru Umar Bakri, Seperti dikebiri.”

Kenapa profesi guru sering dianggap sebagai profesi peringkat menengah dibawah profesi yang lain seperti dokter, pengacara, pegawai pajak, dll? Coba kita sama-sama belajar dari kisah masa lalu bangsa Jepang. Jepang sempat luluh lantak akibat serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada masa Perang Dunia II. Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945, mayoritas yang tewas adalah penduduk. Sejak itu, ribuan orang telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Bayangkan betapa porak-porandanya Jepang kala itu. Namun apa yang dikatakan oleh Kaisar Jepang. Kaisar mengatakan “ berapa banyak guru yang masih hidup, kumpulkan meraka, dan kita bangun Jepang kembali.” Wajar saja jika Jepang segera bangkit dan menjadi salah satu negara maju sekarang ini. Mereka adalah bangsa yang menghargai jasa gurunya.

Seperti yang kita ketahui tugas seorang guru bukan hanya mengajar tetapi mendidik akhlak dan budi pekerti juga. Guru bukan hanya memberikan ilmu atau menjadi panutan, guru adalah sebuah profesi yang menuntut pengabdian. Tidak bisa kita pungkiri jika kemajuan suatu bangsa dapat dilhat dari tingkat pendidikan masyarakatnya, dan gurulah ujung tombak dari semua itu. Sumbangan dan pengabdian guru sangat besar untuk kemajuan suatu bangsa. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya” dan guru adalah salah satu pahlawan yang berjasa, walaupun sering dianggap pahlawan tanpa tanda jasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun