Wilhelm dilthey ialah seorang sajarawan, psikolog, sosiolog, dan filsuf Jerman yang memberikan kontribusi signifikan dalam bidang hermeneutika (ilmu yang mempelajari tentang manusia yang menjadi objeknya). Ia dilahirkan pada 19 November 1833 Biebrich, Wiesbaden, Jerman dan wafat pada 1 Oktober 1911, Seis am Schlern, Italia. Dilthey berpendapat bahwa hermeneutika adalah metode penting untuk memahami manusia dan pengalamannya. Digunakan dalam menjabarkan suatu peristiwa yang terjadi untuk mendapat penjelasan dari peristiwa tersebut, berupa penjelasan ekspresi yang ditimbulkan ataupun sebuah teks yang ada. Namun menjelaskan hal tersebut tidak bisa menggunakan metode ilmu alam karena hal tersebut tidaklah berkaitan langsung. Menurut Dilthey sendiri ia berfokus pada pemahaman, yang mana bahwa pemahaman manusia hanya dapat dilakukan dengan menempatkan diri kita dalam posisi orang lain, yaitu memiliki rasa simpati terhadap keadaan orang lain tanpa menghujat atau menilai sesuatu dari satu sisi saja. Yaitu berupa kita harus mencoba memahami dunia dari perspektif orang lain, dengan menggunakan pengalaman dan pemahaman kita sendiri. Tetapi ini menekankan kepada konteks historis dalam pemahaman tersebut.
Salah satu hermeneutika dapat digunakan untuk memahami pesan dan makna yang ialah sebuah hal yang tidak secara langsung disampaikan ke orangnya melalui media sosial dan wacana publik. Media sosial sendiri telah menjadi sarana penting untuk komunikasi dan penyebaran informasi. Baik itu informasi yang benar ataupun tidak benar, karena hal tersebut tergantung pembacanya. Sedangkan wacana publik yang berkembang di media sosial dapat menjadi cerminan dari berbagai fenomena sosial dan budaya yang sedang terjadi. Dengan menerapkan hermeneutika, kita dapat memahami pesan dan makna yang terkandung dalam media sosial dan wacana publik secara lebih mendalam tentang kenyataan sebenarnya dari berita, teks, atau apapun itu.
Nah ini berikut penerepannya yaitu :
1. Konteks historis: Dalam konteks media sosial dan wacana publik mencakup hal-hal seperti peristiwa terkini, tren sosial, dan perubahan budaya. Yang mana ada cerita atau alur yang mendetail dalam hal tersebut, hingga hal tersebut menjadi terkenal dengan pemahaman yang baik dan benar.
2. Pengalaman dan pemahaman: Hermeneutika juga menekankan pentingnya pengalaman dan pemahaman dalam memahami apa yang diterima atau kita dapatkan. Dalam konteks media sosial dan wacana publik, pengalaman dan pemahaman kita dapat mencakup hal-hal seperti latar belakang sosial, budaya, dan politik kita.
3. Pluralitas interpretasi: Hermeneutika mengakui bahwa ada kemungkinan interpretasi yang berbeda terhadap suatu teks atau pengalaman. Tidak ada satu interpretasi yang benar atau salah. Dalam konteks media sosial dan wacana publik, kita harus terbuka terhadap kemungkinan interpretasi yang berbeda serta mau menerima kenyataan atau kebenaran dari hal tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan hermeneutika dalam interpretasi media sosial dan wacana publik:
1. Analisis sentimen: Hermeneutika dapat digunakan untuk menganalisis sentimen publik terhadap suatu isu atau peristiwa. Misalnya, kita dapat menggunakan hermeneutika untuk menganalisis komentar dan unggahan di media sosial untuk memahami bagaimana publik memandang suatu kebijakan atau peristiwa.
2. Pemahaman opini publik: Hermeneutika dapat digunakan untuk memahami opini publik terhadap suatu isu atau peristiwa. Misalnya, kita dapat menggunakan hermeneutika untuk menganalisis percakapan di media sosial untuk memahami apa yang menjadi perhatian dan keprihatinan publik.
3. Pemetaan wacana: Hermeneutika dapat digunakan untuk memetakan wacana publik tentang suatu isu atau peristiwa. Misalnya, kita dapat menggunakan hermeneutika untuk menganalisis hashtag dan tagar di media sosial untuk memahami bagaimana wacana publik berkembang tentang suatu isu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H