Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Nama : Ayu Lestari

Mahasiswa_Fakultas Tarbiyah_STAI AL-HIDAYAT LASEM

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Salah Satunya Imajinasi Anak Terganggu, Inilah 3 Dampak Buruk Anak yang Sering Cenderung Menonton Film Horor

10 Agustus 2022   11:36 Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:41 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Penakut sih, tapi sangat suka nonton film horor? Baru-baru ini film bergenre horor sedang berkeliaran di Indonesia. Namun ironisnya, sebagian besar penggemar film horor adalah anak-anak. Padahal sudah di beri peringatan peraturan untuk menonton film tersebut minimal umur 17 keatas.

Walaupun demikian, Lembaga Sensor Film (LSF) sudah melakukan kerja sama dengan pengusaha bioskop sembari menyerukan "Budaya Sensor Mandiri." Gerakan ini dilakukan untuk mengajak penonton untuk pintar memilih film sesuai kebutuhan dan usia.

"Budaya Sensor Mandiri" saat ini masih terbilang dalam fase pembahasan, sehingga belum ada proses secara berlanjut. Namun, diharapkan program itu menjadi proteksi awal yang bagus untuk memberikan informasi kepada penonton.

Apakah kalian tahu, efek buruk untuk anak-anak apabila keseringan menonton film horor?

Pertama, dari segi imajinatif. Jujur saja daya imajinatif anak itu relatif tinggi. Kepekaan dalam mengingat setiap memori akan terekam jelas di otak. Fiktif yang disajikan film horor lambat laun anak akan sulit membedakan antara imajinasi yang baik dan imajinasi yang buruk.

Kedua, rasa takut yang tidak seperti biasanya. Seperti yang dikemukakan profesor seni komunikasi, Joanne Cantor dan profesor studi komunikasi, Dr. Kristen Harrison pada studi ilmiahnya bahwa resiko ketakutan anak yang semakin kuat.

Ketiga, Syndrome Anxiety. Apa itu syndrome anxiety? Gangguan kecemasan yang disebabkan oleh rangsangan otak dalam mempersentasikan objek di sekitar. Usia anak-anak sebetulnya belum siap untuk menghadapi pengalaman hidup untuk menempatkan film horor ke dalam berpikir. Sehingga resiko kegelisahan atau fobia akan bertahan dan semakin meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun