Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Nama : Ayu Lestari

Mahasiswa_Fakultas Tarbiyah_STAI AL-HIDAYAT LASEM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yuk, Intip Sejarah Banteng Hitam pada Peradaban Lasem Kuni

23 Juli 2022   08:17 Diperbarui: 23 Juli 2022   08:27 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang-orang sampit setelah menginjakkan kaki dari pegunungan Nusa Kendheng Ngargapura. Kondisi di daerah ini masih relatif sepi. Hewan yang menetap dan masih hidup di area Ngargapura hanya banteng, penyu, dan burung-burung hutan.

Saat orang-orang sampit meninggalkan area Kendheng, beberapa Ikan Pesut (Ikan lodhan bengawan sampit yang sudah jinak) ikut ke Kendheng. Ikan tersebut menjadi penghuni baru bagi orang jawa selama 130 tahun.

Lebih dari 130 hari, hwuning orang jawa yang tinggal di bumi Ngargapura, dari Nusa Tempabesi di tanah Jawa Segara Kening dan sekitarnya. Lalu, di sekitar Segara itu terdapat hutan Pohon Pung yang masyarakat disebut Desa Sampung. Penduduk Tempabesi datang dengan beberapa perahu-perahu besar yang cukup untuk berlayar sampai anak keturunan dari orang-orang setempat menjadi tukang pembuat perahu di Desa Bulu Kecamatan Bulu Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Penghuni baru di tanah jawa memiliki banyak keterampilan yang tidak dimiliki oleh orang jawa lainnya. Seperti tukang kayu (undhagi), tukang besi (pandhe), tukang kuningan (gemblak), tukang tembaga (saying), tukang grabah (kundhi), serta tukang pembuat rumah batu dan kayu (jlagra). Keahlian semacam itu biasa disebut dengan sampung.

Orang-orang Tempabesi belum menganut Jawa Hwuning yakni masih menjadi penganut dewa matahari, dewa samudra, dewa angkasa, dan dewa bumi. Selain itu, untuk memperlebar tempat tinggalnya, para pendukung Tempabesi berani menjamah hutan di Teluk Lodhan dengan mencari banteng dan ikan pesut.

Akibatnya, kawasan wilayah banteng dan ikan pesut yang telah lama menjadi penghuni Nusa Kendheng Ngargapura pindah menuju Nusa Kendheng kidul dan Pegunungan Brahma sampai Mahameru dan melintasi Pegunungan Raung dengan menyeberangi laut supitan ke kamput. Maka, pada zaman jumajuja, bengawan brantas berupa laut mengelilingi Gunung Kawi, Kamput, Ajar, Samara dan Penangungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun