Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Citizen Journalism Mengawal Kasus-kasus Besar, Media "You are Rock"

2 Agustus 2024   13:15 Diperbarui: 2 Agustus 2024   13:21 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1625218232037 (1170720) (https://semarang-id.com/ini-dia-10-kelakuan-netizen-indonesia-saat-berinternet-yang-perlu-diketahui/) 

Di era digital seperti saat ini, berita bukan hanya dimiliki dalam otoritas dan wartawan semata. Jurnalisme bukan hanya milik wartawan. Setiap warga negara, Citizens selalu ingin terlibat. Orang ingin "bercakap cakap" dalam pembuatan berita. Jurnalisme kemudian menyediakan tempat, peluang, ruang publik dan tempat untuk berdiskusi yang kemudian dikenal dengan istilah Jurnalisme warga (Citizens Journalisms). Berita bukan hanya diproduksi orang orang yang biasanya memiliki "sesuatu" untuk "disampaikan" dan "ditunjukkan". Berbagai kejadian penting di masyarakat, dinegara dan di dunia dapat dilaporkan oleh "khalayak". Tak dapat dipungkiri , ini karena pemberitaan telah berada dalam genggaman internet dan teknologi yang semakin canggih. Reportase bergulir bagai udara. Semua berita viral yang terjadi di sekitar kita meringkas interaksi. lihat saja salah satu contoh kasus besar yang belakangan ini ramai di berbagai lini berita , yaitu bagaimana peranan media dan juga netizen mengawal kasus Ronald Tannur  setelah divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Surabaya dan kini telah menjadi perhatian DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap lembaga yudikatif tersebut. 

Begitu banyak kasus kasus besar yang kemudian terkuak demi mendapatkan yang namanya "keadilan" bagi pihak pihak yang dirugikan , dan disinilah peran media serta netizen saling bersinergi .

Sebelum teknologi komunikasi seperti internet, kemunculan publik hanyalah menjadi khalayak berita. namun sekarang, publik tidak lagi harus menunggu liputan tradisional dari media seperti koran,majalah ataupun situs web. Publik kini menjadi bagian dari proses kejurnalistikan itu sendiri.

Seorang Kolumnis media dan blogger , Dan Gilmor (2006) berpendapat bahwa "A citizen reporter whose knowledge and quick thinking helped inform my own journalism in a timely way". Berbagai orang tidak lagi jadi pengkonsumsi semata, namun khalayak bisa menjadi produser dan pembuat berita. Struktur media massa abad 20 yang pejal,kuat , tak tersentuh, berubah. keorganisasiannya mencair, jadi bersifat "grassroots" dan demokratik.  Perubahan ini merupakan perubahan evolusioner, dimana berkaitan dengan sifat kemanusiaan yang membutuhkan dan terbiasa untuk menyampaikan "kisah" kepada sesama. Kepada setiap orang, teknologi memberi jalan untuk setiap orang menjadi wartawan dan berkomunikasi secara global.

dahulu masyarakat lelah berada dalam kerangka pemberitaan yang sama sekali tidak bisa disentuh dan diajak untuk berkomunikasi. Masyarakat membutuhkan ruang conversation, yang tidak dibatasi oleh waktu dan kerja sebuah liputan produksi dari pemberitaan. Perkembangan masifnya teknologi digital akhirnya membuka jalan. Khalayak di berikan semacam toolkits untuk menyuarakan segala aspirasi dan informasi dari apa yang dilihat dan dianggapnya penting untuk di sampaikan kepada sesama , termasuk contohnya kasus kasus besar yang perlu mendapatkan intensi dalam ranah sosial,hukum, politik ataupun ekonomi dalam konteks komunikasi yang demokratis. Citizen Journalism sendiri merupakan penyatuan dari tiga elemen jurnalistik yakni journalists, Newsmakers dan The Former Audiens. ketiga hal ini menjadi kesatuan dalam pemberitaan Jurnalisme warga (Citizen Journalist).

Bagaimana warga biasa menjadi pembuat dan pengkonsumsi pemberitaan , beralatkan personal blogs,internet chat groups , email dan perangkat host jurnalisme lain, bagaimana para poltisi,pebisnis dan selebriti juga mengolah promosi diri melalui pemberitaan, bagaimana konglomerasi media menguasai informasi dan hiburan masyarakat, bagaimana konglomerasi media menyingkirkan yang namanya "jurnalisme serius" , bagaimana konglomerasi media mencederai "kepercayaan publik", dan bagaimana konglomerasi media membuat publik menjadi korban. Maka itulah, Jurnalisme Warga menjadi fenomena tertentu, mereka menjadi para wartawan baru yang mengisi ruang ruang kosong yang ditinggalkan media berita. Khalayak berita dibantu, khalayak di dengar "suara"nya, dan disinilah peranan media serta khalayak (istilah yang familiar saat ini dimedia sosial dengan sebutan Netizen) saling bersinergi.

yes, Media and Citizen /netizen you are Rock !!!

Ayu hendranata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun