Ini menerangkan ungkapan "Lain di mulut, lain di hati" bahwa yang berlaku di dunia nyata juga kiranya berlaku di dunia maya.
Everybody lies? Fakta hampir semua orang "berbohong" di dunia maya ternyata tidak jarang menjadi pemicu sejumlah gesekan dan konflik sosial di masyarakat. Sebut saja kasus kian maraknya akun akun penyebar hoaks yang bermunculan. Akun akun ini memanfaatkan kebiasaan pengguna lain yang reaksioner baik dalam merespons berita atau menyebarluaskan informasi tanpa verifikasi dan tidak dapat diuji kebenarannya.
Di sisi lain,pemilik akun penyebar berita palsu ini dapat memperoleh keuntungan dari anonymity di rimba cyber. Mereka dapat dengan mudah menyembunyikan serta memalsukan identitas sehingga tidak terlacak dengan mudah. Begitu juga para penipu penipu online shop yang di era pandemi ini semakin merajalela.Â
Salah satu Cara yang bisa Kita lakukan yaitu minimal melihat account information dari profile akun tersebut dibagian setting (untuk melihat sudah berapa Kali akun melakukan perubahan nama), jika berkali berkali ganti nama, patut Kita untuk lebih berhati hati dan waspada sebelum melakukan transaksi.
Tanpa identitas dan keakuratan informasi yang jelas dari pemilik akun, maka mereka dengan mudahnya bergerilya aktif mengirimkan pesan,video,ujaran kebencian,propaganda,bahkan penipuan yang kemudian tersebar secara masif ke group group WA dan sosial media ,dan pada akhirnya merugikan banyak pihak.
So, just be your self and be carefull guysss.
Stay safe and stay healthy
Salam sayang
-Ayu Hendranata-
Sumber riset : dari buku the great shifting
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI