Mohon tunggu...
Ayu Hendranata
Ayu Hendranata Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nasionalist and Social Media Influencer

Financial planner & Enterpreneur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hidup Lebih Bermakna, Tanpa Banyak Barang Bertumpuk

30 Juli 2018   21:03 Diperbarui: 31 Juli 2018   03:48 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barang barang pribadi saya seperti pakaian,tas,sepatu dan lain lainnya ketika berada di luar kategori kebutuhan ,kadang membuat saya sakit pikiran dan banyak mencuri waktu saya dalam menikmati hidup.Sebenarnya kita bisa hidup dengan penuh makna dan menyediakan ruang bagi hal hal yang bermakna tanpa banyak benda atau barang yang kita miliki selama ini.

Tepatnya beberapa pekan lalu di pagi yang hening ,saat saya duduk di ruang tamu rumah kami, seketika saya mulai memandangi isi rumah sebagaimana adanya dan berkata ke suami, "sepertinya dulu rumah kita lebih bersih dan lega ya sayang" lantas suami menjawab "Iya, karena dulu barang barang kita lebih sedikit ". "mmm, benar juga ya" gumam saya dalam hati.

Kemudian saya pun melangkah ke dalam kamar, lemari pakaian besar pemberian hadiah ayah mertua  saat awal menikah dulu sudah menyambut saya dengan tumpukan pakaian yang tinggi, beberapa diantaranya menunjukkan tanda tanda sudah dipakai ,yang lain baru satu atau dua kali dipakai,dan beberapa lainnya masih ada label harganya. Pakaian pakaian itu seperti tidak menarik lagi buat saya. 

Bekas ataupun baru, semua seperti kehilangan daya tarik,ditambah tidak ada space lagi untuk ditaruh dilemari. Biasanya perempuan menyukai apa yang mereka beli tetapi membenci dua pertiga isi lemari pakaiannya. Ayo ngaku ?

Kemudian saya melangkah ke ruang lain, mata saya menyempit saat saya melihat gunungan kotak sepatu, bak mau roboh seperti gempa bumi. Belum pernak pernik lainnya, aksesoris, tas dan sebagainya yang telah menyita banyak waktu saya untuk membereskannya.

Bayangkan, sudah berapa banyak waktu saya yang telah terbuang begitu saja hanya untuk membereskan tumpukan barang barang yang saya sebutkan tadi ? Apalagi sejak kepindahan kami dari Amerika, saya memutuskan untuk tidak memakai asisten rumah tangga sama sekali dan membereskan semua sendiri. 

Saya juga tidak bisa memungkiri bahwa dunia yang dekat dengan saya saat ini adalah dunia fashion,bisnis yang sudah lama saya tekuni, dan dunia ini juga yang membuat saya ingin membelinya karena tidak mau disebut "ketinggalan tren", "ndeso", "Ga update" dan memang sudah menjadi hobby saya juga sih untuk berbelanja. Tapi sebenarnya apakah saya benar benar butuh barang tersebut ? Apalagi jika di lihat dalam jumlah dan nilai yang tidak sedikit.

Jujur, saya ingin hari hari saya menjadi indah tanpa adanya daftar tugas yang panjang. Saya ingin lebih sadar, lebih bersyukur ,untuk setiap menit  dari hidup yang unik dan menakjubkan ini.

Saya pernah membaca dari sebuah buku tentang otentitas dan kesederhanaan. Melowongkan hidup untuk memberi ruang kepada apa yang benar benar penting.
Kesederhanaan,ruang,waktu,ruang untuk bernafas,belajar dan tumbuh. Kemampuan untuk menyederhanakan berarti membuang apa yang tidak saya perlukan sehingga apa yang benar benar perlu bisa berbicara.

Kemudian saya tersadar,saya mulai menantang diri saya. Sedikit demi sedikit untuk menyederhanakan hidup. Dimulai dengan mengenali beberapa barang yang cenderung saya beli secara berlebihan. 

Pertama, membereskan lemari memilah pakaian mana yang perlu dan tidak perlu. Sambil berpikir bagaimana bisa pakaian dengan model yang sama saya bisa membelinya sampai 4 piece tapi dengan warna yang sama !!! dan berapa banyak uang sudah terbuang untuk tumpukan pakaian ini ? Saya memang harus berubah, itu Ikrar saya !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun